Blogger Tricks


0

Info Cagar Biosfer: Tingkatkan Program Budidaya Di Cagar Biosfer

Riau Pos - For Us Senin, 26 Desember 2011

      Suatu kawasan akan mempunyai kontribusi bagi manusia, apabila budidayanya baik. Karena dengan adanya budidaya itulah suatau kawasan dapat berkembang. Demikian halnya yang dilakukan oleh Sinarmas Forestry (SMF) terhadap Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB).
    Saat  ini, pihak SMF bekerjasama dengan masyarakat gsk-bb untuk mengembangkan budidaya keanekaragaman hayati yang  ada di Desa Temiang. Diantaranya , budidaya ikan baung, ikan selais, dan labi-labi. Dipilihnya ikan serta labi-labi tersebut, dikarenakan mereka mempunyai nilai jual yang tinggi. Jika dibudidayakan dengan baik, tentunya akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu, juga turut menjaga kelestarian keanekaragaman hayati gsk-bb agar terus berkembang biak.
     “Budidaya ikan dan labi-labi ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu, juga turut melestarikan keanekaragaman hayati gsk-bb agar tetap ada dan terus berkembang biak,” papar Yuyu Arlan, Manager Flagship Conservation SMF tersebut.
      Budidaya yang dilakukan di Desa Temiang tersebut  turut mengajak masyarakat. Selain itu, pihak SMF juga mengajak mahasiswa jurusan perikanan Fakultas Ilmu Kelautan Universitas Islam Riau untuk turut bekerja sama dalam budidaya tersebut.
      ”Tidak hanya pihak internal dari SMF saja. Tetapi, kami juga turut mengajak masyarakat serta mahasiswa jurusan perikanan Fakultas Ilmu Kelautan Universitas Islam Riau untuk bekerja sama,” cetus Yuyu Arlan.
       Ia juga menambahkan, bahwa budidaya tersebut merupakan altenatif yang bagus untuk mengembangkan potensi gsk-bb. Serta menjadi sebuah jembatan yang panjang untuk perkembangan cagar biosfer pertama di Riau tersebut.(PIA/GSJ-NEWS)
0

Info Green: Botol Plastik, Tiket Masuk Monas

Riau Pos - For Us
    BOTOL: Sepuluh botol plastik bekas air mineral bisa digunakan sebagai tiket untuk memasuki ruang-ruang diorama di Monas.
    Ternyata kini tak perlu susah-susah lagi untuk membeli tiket masuk ruang diorama di Monumen Nasional (Monas) dengan uang. Karena tiketnya bisa didapat dengan  memberikan sepuluh botol kemasan bekas air mineral. Ini sebagai salah satu langkah pengelola Monas untuk mengaitkan antara wisata dengan kesadaran lingkungan hidup.


     Untuk semakin melengkapinya, juga dihadirkan sebuah mesin berbentuk kotak berkelir merah-kuning yang mirip dengan mesin ATM. Tapi, bedanya mesin ini lebih besar dan dilengkapi unit untuk memindai dan lubang cukup besar. Nama alat ini adalah Reserve Vending Machine (RVM) atau dalam bahasa Indonesianya mesih pengolah sampah. Paling tidak dengan adanya program sepuluh botol plastik bekas ini bisa mengajarkan kepada masyarakat cara membuang sampah yang benar. Bagaimana dengan tempat wisata lainnya? Berminat mencoba! (afra-gsj/int/new)
0

Info Green: Tujuh Hutan Bakau Jadi Contoh

Riau Pos - For Us
    
BAKAU: Hamparan hutan bakau (mangrove). Tujuh hutan bakau di Indonesia akan menjadi areal percontohan internasional.
    Kerja sama tentang pengelolaan tujuh kawasan hutan bakau di Indonesia ditandatangani oleh Direktorat Jenderal Binda Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (BPDAS dan PS) Kementerian Kehutanan dengan Japan Internastional Cooperation Agency (JICA) di Jakarta Selasa (20/12) lalu. Ketujuh hutan bakau ini nantinya akan menjadi percontohan dalam lingkup ASEAN. Selain itu juga menjadi lokasi pembelajaran bakau untuk komunitas ASEAN dan internasional.


     Nantinya ketujuh kawasan hutan bakau ini akan menerapkan mekanisme share learning. Ketujuh lokasi hutan bakau ini berada di Surabaya, Lampung, Bali Barat, Alas Purwo (Banyuwangi), Balik Papan, Tarakan dan Jepara. Selain sebagai lokasi pembelajaran, ketujuh kawasan hutan bakau ini nantinya juga menjadi tempat pengembangan kemampuan ekonomi masyarakat lokal. (afra-gsj/int/new)
0

Green Techno: Software Pengawasan Hutan

Riau Pos - For Us

      Salah  seorang mahasiswa Fakultas Teknik Informatika Universitas Gajah Putih (UGP), Takengon, Kabupaten Aceh Tengah berhasil membuat sebuah software pendeteksi untuk pengawasan hutan dan pendokumentasian adat budaya Gayo. Ada tiga Software yang telah diciptakan. Software pertama diberi nama “Pang Uten” yang merupakan alat deteksi kebakaran hutan dan penebangan liar tanpa satelit.

     Sementara software lainnya diberi nama “Lelongohen” yang merupakan aplikasi optimalisasi titik penanaman kopi untuk menghasilkan kopi dengan cita rasa terbaik. Dan yang ketiga dinamai “Distro Deep-IX” yaitu sistem operasi berbasis Linux untuk mendokumentasikan adat dan budaya Gayo.

      Menurut Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan UGP, Zulfikar Ahmad, ketiga temuan ini akan segera diseminarkan dan dihadiri oleh Dr Jonas Debian, pakar Linux dari Denmark, yang selama ini membantu mahasiswa dalam penyempurnaan produk ini selama dua minggu. (afra-gsj/int/new)
0

Bank Sampah untuk Ibu Rumah Tangga

Riau Pos - For Us




        Apakah Anda ingin mendapatkan uang dari sampah yang dihasilkan di rumah, tanpa perlu diolah terlebih dahulu plus menjaga lingkungan? Jika iya, menjadi nasabah Bank Sampah adalah jawabannya. Bersempena dengan peringatan hari ibu (22/12) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kamar Dagang Indonesia (Kadin) memsosialisasikan bank sampah kepada ibu-ibu di Pekanbaru.

       Sebanyak 150 kaum ibu hadir dalam kegiatan Peringatan Hari Ibu sekaligus sosialisasi bank sampah di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), Jalan Gajah, Pekanbaru. Mereka berasal dari beragam latar belakang keluarga dan pendidikan. Namun, punya satu masalah, yaitu bagaimana cara mengelola sampah rumah tangga sekaligus dapat menghasilkan tambahan uang jajan buat putra-putrinya.

       Kegiatan dengan tema Peningkatan Partisipasi Masyarakat Perkotaan dalam Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan serta Perubahan Iklim tersebut bertujuan untuk mengatasi masalah sampah langsung dari sumbernya. Sumbernya tersebut adalah segala aktivitas yang menghasilkan sampah termasuk aktivitas rumah tangga

       "Bank sampah merupakan konsep bagus untuk mengatasi persoalan sampah yang kerap mengganggu estetika lingkungan, sekaligus dapat meningkatkan pendapatan ibu rumah tangga walaupun tidak bekerja secara formal," ujar Kholis Romli, Ketua pelaksana kegiatan.

       Bank sampah sendiri didefinisikan sebagai suatu wadah yang dapat menampung sampah lingkungan dan dihargai dengan sejumlah uang. Di tingkat nasional beberapa kota besar seperti Jakarta, Bogor dan Surabaya sudah menerapkan konsep ini. Di Riau, bank sampah baru akan berjalan efektif tahun 2012 nanti.
Kegiatan ini juga di didukung oleh Kamar Dagang Indonesia (Kadin). Direktur Eksekutif Kadin, Riau, Muhammad Irwan, menyatakan bahwa turut sertanya Kadin dalam kegiatan sosialisasi bank sampah tersebut untuk mewujudkan  satu di antara beragam misi Kadin. Misi tersebut adalah mewujudkan dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Bank sampah dianggap sebagai program yang mampu mengcover itu.

       Irwan menyatakan dalam sambutannya bahwa ia sangat takjud dengan gagasan bank sampah yang akan dilaksanakan untuk pertamakalinya di Riau itu. Di sini, ujarnya, kita menemukan dua solusi dari sekian banyak masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Satu, adalah solusi peningkatan perekonomian rumah tangga. Kedua, adalah solusi penyelamatan lingkungan.

       Proses pelaksanaan bank sampah tersebut sama dengan siklus bank. Di mana terdapat nasabah, produk bank, pihak pengelola, serta aliran dana. Nasabahnya ditujukan kepada tiap-tiap rumah tangga terutama para kaum ibu. Para nasabah juga akan memiliki rekening sendiri di bank sampah. Produk perbankkannya bukanlah uang cash, namun sampah-sampah itu sendiri. Pihak pengelolanya terdiri dari sukarelawan yang telah dibentuk oleh penggagas program tersebut, yaitu Dalang Collection. Kemudian aliran dana merupakan nilai dari setiap sampah yang dikirim atau ditransfer oleh para nasabah kepada bank sampah begitu juga sebaliknya, nilai dari jumlah sampah yang dihargai oleh bank sampah.

       Sofya Seffen atau kerap juga disapa Evi merupakan penggagas kegiatan ini. “Sekarang saatnya ibu-ibu aktif menjaga lingkungan, sebab menjaga lingkungan yang baik dimulai dari rumah kita," ujarnya.

       Peserta yang hampir keseluruhannya berasal dari kaum ibu tersebut datang dari berbagai latar belakang. Seperti ibu-ibu Kelurahan Rejosari, kaum ibu dari Perumahan Payung Sekaki-Kualu, para ibu guru dari sekolah-sekolah Adiwiyata, seperti SMAN 8 Pekanbaru. Anggota daur ulang Dalang Collection, Mahasiswi dari Universitas Riau. “Pokoknya yang datang semuanya kaum wanita alias ibu-ibu,” tutur ketua pelaksana kegiatan kepada tim For Us Riau Pos.

       Evi menjelaskan tentang syarat-syarat menjadi nasabah bank sampah. Pertama, nasabah harus memiliki semangat dan jiwa peduli lingkungan. Kedua, memiliki rekening atau tabungan di bank sampah, untuk proses pembuatan tabungan di bank sampah tersebut para nasabah bisa datang langsung ke bank sampah yang berkantor di Pusat Kerajinan Dalang Collection, Jalan Gajah, RW 13, Kelurahan Rejosari, Pekanbaru.

       Ketiga, nasabah harus memilah sampah yang akan ditransfer ke bank sampah. Sampah yang dipilah terdiri dari tiga kelompok yaitu sampah anorganik, sampah organik dan sampah kertas. “Kami tidak menerima sampah yang tidak dipilah,” tegasnya.

      Keempat, tabungan dapat diambil kurang lebih setelah tiga bulan pembuatan rekening. “Uang dari pembelian sampah tersebut tidak langsung diberikan kepada nasabah, namun harus menunggu kurang lebih tiga bulan, hal itu karena bank sampah mendapatkan dana dari hasil daur ulang, sehingga butuh waktu untuk mengumpul dana bagi nasabah kembali” tutur staf Pusat Pengembangan Ecoregional Sumatera ini. Uang tersebut juga akan diberikan pada saat-saat tertentu seperti kenaikan kelas. Sebab saat-saat seperti itu ibu-ibu butuh uang esktra untuk anak-anaknya yang ingin melanjutkan pendidikan, atau menjelang hari raya.

      Selain itu, rekening nasabah juga bukan atas nama ibu yang mengikuti program tersebut. Tapi atas namanya anaknya. Hal tersebut untuk menanamkan kebiasaan para ibu di rumah kepada anak-anaknya bahwa menjaga lingkungan harus dimulai dari sejak dini. Sehingga ketika melihat ibunya peduli lingkungan, sedikit banyak ini akan mempengaruhi anak-anak bahwa lingkungan yang sehat itu harus dimulai dari mereka sendiri. “Sampai dewasa nanti mereka akan peduli dengan lingkungannya,” kata Evi.

      Layaknya kantor professional, bank sampah juga punya jam-jam operasional. Bank sampah dibuka dari jam 13.00-15.00. Hari-hari kerjanya tidak setiap hari, namun hanya senin, rabu dan sabtu. “Pekerja bank sampah kan sukarelawan jadi tidak bisa buka setiap hari, kalau digaji dananya pasti bakalan tidak cukup, dan tidak mungkin kita menggaji mereka dengan sampah, kan?” canda Evi dalam presentasinya.

      Syarat terakhir yang harus dipenuhi oleh para nasabah adalah pemotongan biaya administrasi bagi setiap pemilik rekening, dengan ketentuan, pemotongan senilai 15 persen bagi yang mengantar sampahnya sendiri. Dan 25 persen bagi nasabah yang sampahnya di jemput.

      Saat ini, cerita Evi, bank sampah telah bekerjasama dengan 500 kepala keluarga di Perumahan Payung Sekaki, Kualu. Perumahan tersebut belum memiliki pengelola sampah sendiri, oleh karena itu dengan menjadi nasabah bank sampah, ketua RW Perumahan Payung Sekaki mengharapkan persoalan sampah di perumahan mereka tersebut dapat di atasi dengan baik.

     Produk-produk yang diterima oleh bank sampah terdiri dari beragam sampah. Misalnya, plastik kemasan, botol atau gelas bekas minuman plastik, koran bekas, kertas bekas, botol, kardus, buku bekas dan sampah minuman kaleng. “Selain itu kami juga menerima sampah biji-bijian,” promosi Evi.

      Sampah biji-bijian tersebut hakekatnya merupakan sampah organik yang mampu terurai sendiri menjadi tanah. Namun sampah biji-bijian tersebut dapat dimanfaatkan untuk hal lain. “Jika ibu-ibu biasa mengkonsumsi mangga di rumah, bijinya jangan dibuang tapi bawalah ke bank sampah,” ajak Evi. Ia menjelaskan bahwa hal itu untuk pembibitan tanaman-tanaman buah yang juga bagian dari poduk bank sampah.

      “Nah, jika ada program penanaman atau warga ingin menanam pohon buah di dekat rumahnya, silahkan diminta ke bank sampah,” ungkap Evi memberi info. Last, selamat hari ibu 22 Desember dan tetap ramah lingkungan.(tya-gsj/new)
0

Hamparan Pantai Selat Baru Nan Eksotik

Riau Pos - For Us


 
Pasirnya halus. Memiliki hamparan landai. Airnya jernih dan terlihat pemandangan luas laut biru. Pantai Selat Baru nama tempat itu. Bila memandang ke arah laut akan terlihat warna biru Gunung Ledang yang masuk dalam kawasan Negara Malaysia.

Laporan Mashuri Kurniawan, Bengkalis 

mashurikurniawan@riaupos.co.id

     Angin semilir di tepi pantai terasa sangat segar. Burung elang laut terbang memutar di atas langit biru diatas laut. Burung ini mencari mangsa ikan kecil. Pantai yang terletak di Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis ini memiliki pemandangan yang sangat eksotik.

     Diberi nama Pantai Selat Baru karena letaknya berada dalam wilayah Kecamatan Selat Baru. Pantai Selat Baru terletak di utara ibukota Kabupaten Bengkalis. Masyarakat sekitar menyebutnya pantai penuh berkah keindahan alam.

     Dari Kota Pekanbaru bisa ditempuh dengan menggunakan jalur transportasi laut maupun darat. Jarak tempuhnya selama empat hingga lima jam. Sebuah perjalanan yang melelahkan memang, bila ingin menikmati keindahan alam pantai selat baru.

     Dari jalan utama, Anda harus menelusuri jalan kecil selama lebih kurang 15 menit. Karena jalan yang cukup kecil dan kondisinya kurang bagus, sebaiknya Anda berjalan kaki atau naik sepeda motor untuk sampai ke sana. Saat mencari lokasi pantai, harus memperhatikan penunjuk jalan dengan seksama.

     Karena ukuran jalannya  kecil dan tertutup semak-semak. Namun usaha menyusuri jalan kecil dan berkelok akan terbayar dengan pemandangan hamparan pasir pantai putih bersih, dan birunya laut yang menyejukkan. Daya tarik dari pantai ini adalah airnya yang berwarna biru jernih karena belum terjamah tangan-tangan jahil.
Ditemani masyarakat sekitar Sulaiman (54), Riau Pos belum lama ini menelusuri bibir pantai sepanjang dua kilometer. Dengan menggunakan roda dua, terlihat jelas pemandangan disekitar pantai tersebut.

     Nuansa alamnya yang sangat eksotik. Ditambah dengan keelokan disekeliling pantai menjadikannya tempat bercengkrama keluarga. Namun bukan itu yang ingin dilihat Riau Pos. Alamnya masih alami dan udara segar, tanpa polusi udara dan deru kendaraan bermotor.

         Masyarakat sangat menjaga pantai itu agar terus alami. Karena, pantai ini merupakan sebuah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Memberikan kehidupan bagi masyarakat sekitar. Pohon kelapa berjejer indah ditepian pantai membuat suasana pantai nyaman.

       Waktu menunjukan pukul 09.12 WIB pagi yang indah berada di pantai itu. Langit berwarna biru. Ditepian pantai, bisa terlihat riak gelombang kecil membawa pasir laut. Airnya terasa dingin. Ikan kecil juga bisa dilihat di tepi pantai.

     Dari penuturan Sulaiman, ekosistim sekiling pantai sangat terjaga karena masyarakat sekitar tidak membuang sampah di pantai. Seluruh masyarakat menjaga pantai dengan baik. Penebangan pohon kelapa di sepanjang pantai juga tidak dilakukan.

      Hal itu dilakukan, agar kondisi pantai tetap bagus. Dengan demikian alamnya pantai bisa dirasakan dengan indah oleh masyarakat maupun pengunjung. Di tempat ini pengunjung dapat melakukan berbagai kegiatan berselancar, berjemur, menikmati sunrise dan sunsite.

       Pemandangan lain di Pantai Selat Baru, tanaman mangrove juga tumbuh dengan baik. Tanaman ini sengaja dibiarkan, bukan hanya karena ingin mencegah terjadinya abrasi, melainkan menjadi tempat ekosistim disekitar perairan tersebut. Pasalnya, pada areal Pantai Selat Baru juga bergantung hidup ikan, udang, kerang, dan monyet.     

       Saat berjalan bersama dengan Sulaiman, Riau Pos dihampiri Zakaria. Zakaria menghampiri Sulaiman dengan senyuman dan menyapa Riau Pos dengan ramah. ‘’Anak darimana?,” tanya Zakaria kepada Riau Pos. “Dari Pekanbaru pak,” jawab Riau Pos.

        Zakaria pada saat itu langsung membawa Sulaiman dan Riau Pos ke sebuah pondok kayu yang berada di tepian pantai. Ditempat ini ke dua teman akrab itu bercerita tentang Pantai Selat Baru yang menjadi kebanggan masyarakat Bengkalis.

        Bagi mereka, pantai ini adalah segalanya. Baik itu tempat mereka mendirikan rumah, mencari nafkah, dan bercengkrama dengan keluarga. Maka dari itulah, pantai tersebut wajib dijaga dengan baik oleh masyarakat.
’’Kami ingin Pantai Selat Baru tetap alami. Tak ada pencemaran limbah maupun pengrusakan tanaman disekitar pantai,’’ terangnya.

        Zakaria mengatakan sejak tahun 1972 sudah tinggal bersama dengan kedua orangtuanya di Kecamatan Bantan. Pantai Selat Baru menjadi tempat bermain bersama dengan teman-temannya. Bahkan, menjadi tempat memancing paling mengasyikan.

       Karena keindahan alamnya yang eksotik  banyak wisatawan lokal dan asing datang mengunjungi pantai itu. Selain itu, kawasan itu digelar pesta pantai setiap tahunnya. Pada event tersebut diadakan berbagai perlombaan, seperti lomba perahu jong, gasing, dan layang-layang. Pengunjung juga dapat menyaksikan berbagai atraksi kesenian dan budaya tradisional daerah setempat.

      Bupati Bengkalis Herliyansaleh mengatakan, Pantai Selat Baru keindahan alamnya sangat bagus. Ekosistim di sekitar pantai dan lautnya dijaga dengan baik oelh masyarakat. Keistimewaan alamnya, berupa bentangan laut dan alamnya yang hijau.

       Sejauh mata memandang kearah laut dari pantai, sambungnya akan terlihat pulau yang masuk dalam kawasan negara tetangga Malaysia. Pemerintah Kabupaten Bengkalis , selalu menjaga alam sekitar pantai agar tetap asri dan nyaman. Termasuk, biota yang hidup di laut.

       ‘’Kita ingin Pantai Selat Baru menjadi alam yang memberikan pemandangan indah dan tempat tinggal biota air. Ikan kecil, udang, dan jenis ikan laut lainnya ada di laut. Bagaimana laut itu tetap terjaga dari kerusakan, itulah yang kita lakukan,’’ ungkapnya.

       Menurut Herliyansaleh, meski belum setenar tempat lain seperti Pangandaran di Pulau Jawa namun, pantai ini  memiliki pemandangan yang sangat Indah. Hamparan pasir putih yang ditemani oleh gemuruh ombak tenang merupakan kelebihan tersendiri bagi .***
0

Info Green: Hutan Mangrove Indonesia Jadi Percontohan

Riau Pos - For Us



       Sebuah kerjasama tentang pengelolaan tujuah kawasan hutan mangrove di Indonesia telah ditandatangani. Ketujuh hutan mangrove ini nantinya akan menjadi percontohan dalam lingkup ASEAN. Selain itu juga menjadi lokasi pembelajaran mangrove untuk komunitas ASEAN dan internasional.
     Kerjasama ini ditandatangani oleh Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (BPDAS dan PS) Kementerian Kehutanan dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) di Jakarta pada Selasa (20/12) lalu. Nantinya ketujuh kawasan hutan mangrove ini akan menerapkan mekanisme share learning. Ketujuh lokasi hutan mangrove itu berlokasi di Surabaya, Lampung, Bali Barat, Alas Purwo (Banyuwangi), Balik Papan, Tarakan dan Jepara. Selain sebagai lokasi pembelajaran, ketujuh kawasan hutan mangrove ini nantinya juga menjadi tempat pengembangan kemampuan ekonomi masyarakat lokal. (afra-gsj/int/new)


0

Info Green: Botol Plastik Tiket Masuk Monas

Riau Pos - For Us



        Ternyata tak perlu susah-susah untuk membeli tiket masuk ruang-ruang diorama di Monumen Nasional (Monas) dengan uang. Kini tiketnya bisa hanya dengan memberikan sepuluh botol kemasan bekas air mineral. Ini sebagai salah satu langkah pengelola Monas untuk mengaitkan antara wisata dengan kesadaran lingkungan hidup.
      Untuk semakin melengkapinya, juga dihadirkan sebuah mesin berbentuk kotak berkelir merah-kuning yang mirip dengan mesin ATM. Tapi, bedanya mesin ini lebih besar dan dilengkapi unit untuk memindai dan lubang cukup besar. Nama alat ini adalah Reserve Vending Machine (RVM) atau dalam bahasa Indonesianya mesih pengolah sampah. Paling tidak dengan adanya program sepuluh botol plastik bekas ini bisa mengajarkan kepada masyarakat cara membuang sampah yang benar. Bagaimana dengan tempat wisata lainnya? Berminat mencoba! (afra-gsj/int/new)
0

Our Green: Francisco Pineda , Sumber Air untuk Kehidupan

Riau Pos - For Us




         Eksplorasi tambang emas semakin meresahkan masyarakata di El Salvador. Tak lain dan tak bukan, karena ini berhubungan langsung dengan keselamatan air yang menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat pedesaan di sana. Oleh karena itulah dengan beraninya Fransisco Pineda memimpin gerakan warga untuk memberhentikan operasi tambang emas yang telah menghancurkan serta membuat terjadinya krisis air di El Salvador.

Bagi petani kecil dan masyarakat di pedesaan El Salvador, air lebih berharga daripada emas. Tanpa adanya kiriman air yang teratur dari pusat air di kota, orang-orang di daerah pedesaan harus bergantung pada sumber air terdekat untuk memberi makan tanaman mereka serta mempertahankan kebutuhan pribadi mereka. Namun, diperkirakan bahwa 90 persen dari sumber air permukaan telah terkontaminasi ketika itu.
Bahkan hampir semua air limbah kota dan industri dibuang ke sungai dan anak sungai tanpa sterilisasi terlebih dahulu. Ini berdampak pada berkurangnya ketersediaan air bersih bagi penduduk pedesaan. Hanya tiga persen dari sungai di daerah ini yang masih bersih yakni di Lempa Rio, sungai terpanjang di El Salvador dengan DAS memanjang sampai hampir setengah dari negara. Dan sebanyak empat juta orang tergantung pada sumber air ini.
Ketika itu jugalah hadir pertambangan emas yang menjadi ancaman besar untuk pasokan air di El Salvador ini. Perjanjian tentang perdagangan bebas (CAFTA) antara Amerika Serikat, Republik Dominika dan Amerika Tengah membuah perusahaan asing lebih mudah untuk memasuki El Salvador.  Dengan demikian izin eksplorasi telah dikeluarkan untuk berbagai proyek pembangunan, termasuk tambang emas dan perak.
Dan seperti yang kita ketahui pertambangan emas ini sangat merusak lingkungan. Operator tambang sering menggunakan proses yang dikenal sebagai leeching sianida, dimana sianida, bahan kimia yang sangat beracun, dicampur dengan air untuk mengekstrak emas. Dan Limbah beracun ini kemudian menyebar ke wilayah sekitarnya dan sering berakhir mencemari sungai, anak sungai dan air tanah.
Karena itulah Pineda sebagai seorang petani dengan gelar di bidang pertanian berkelanjutan dan merupakan pendiri dan presiden dari Komite Lingkungan dari Cabañas, sebuah asosiasi relawan masyarakat memimpin masyarakat untuk melawan hal tersebut. Dan dalam proses pengorganisasian masyarakat untuk melawan tempat pembuangan limbah yang menganggu pasokan air setempat ini, ia rela bersusah payah untuk belajar secara otodidak tentang ekologi air dan menjadi pemimpin lingkungan di wilayahnya.
Pada tahun 2002, Sebuah pertambangan dari Kanada memulai tahap eksplorasi tambang emas dan perak di Cabañas. Kekhawatiran atas konsekuensi lingkungan untuk hutan wilayah dan Lempa Rio sebagian besar diabaikan oleh pemerintah. Tapi hal ini akhirnya mendapatkan titik terang pada tahun  2004 ketika Pineda menemukan bahwa sungai irigasi yang memasok air untuk tanaman telah benar-benar berhenti mengalir.
Ketika itu Pineda berjalan di sepanjang tepi air ke daerah eksplorasi hulu dan menemukan pompa menyedot Pasifik Rim sungai. Menyadari situasi yang berpotensi akan merugikan, ia dan tetangganya langsung mendekati pejabat pemerintah lokal dengan keprihatinan mereka tentang pasokan air. Namun, para pejabat menyatakan bahwa peluang untuk lapangan kerja di pertambangan serta untuk pengembangan daerah melebihi potensi masalah tersebut. Dan setelah diamati lebih dekat, Pineda dan rekan-rekannya menyadari bahwa penduduk lokal tidak mendapatkan keuntungan apa-apa dari pertambangan tersebut. Karena itulah mereka memulai suatu gerakan untuk mengehntikan pertambangan tersebut.
 Pineda dan rekan-rekannya pun mengunjungi masyarakat yang menghadapi perjuangan serupa terhadap operasi pertambangan di Honduras. Dimana mereka melihat efek dari keracunan kimia pada orang-orang dan menjadi sadar akan potensi kekerasan yang akan mereka hadapi dalam perjuangan mereka melawan Pacific Rim. Pineda dan rekan-rekannya kembali ke El Salvador dan segera mulai mendidik orang-orang Cabañas dengan pergi dari pintu ke pintu. Tak hanya itu saja mereka juga menyelenggarakan pertemuan masyarakat. Sejak tahun 2004, gerakan ini telah berkembang dengan lebih dari 450 anggota. Pineda membantu mendirikan Dewan Anti-Pertambangan Nasional dan dengan koalisinya menyelenggarakan serangkaian demonstrasi lokal dan nasional untuk membawa perhatian lebih terhadap masalah ini.
Namun hal ini berbuntut pada terbunuhnya tiga orang rekan Pindeda pada tahun 2009. Tak hanya itu saja sebulan kemudian, sekelompok pembunuh ditetapkan untuk membunuh anggota lain dari komite lingkungan tersebut yaitu ia sendiri, tetapi ketika mereka tidak menemukan dia di rumahnya mereka membunuh istrinya yang sedang hamil sebagai gantinya. Sementara itu aktivis lainnya diculik dan tubuhnya yang telah disiksa ditemukan di sebuah sumur.
Dan karena itulah hidup Pineda berada di bawah perlindungan polisi. Namun, ini tidak membuatnya patah arang dan dia telah bersumpah untuk melanjutkan perjuangan tak peduli konsekuensinya. Berkat perjuangannya yang gigih inilah akhirnya dia diberikan pernghargaan Goldman Environmental Prize pada tahun 2011. Luar biasa ya pengorbanannya! (afra-gsj/int/new)
"Pekerjaan saya adalah sebagai seorang environmentalis,. Ini adalah prinsip untuk hidup saya ketika saya mulai memahami dampak dari eksplorasi pertambangan, saya tidak bisa tinggal diam." - Fransisco Pineda
0

Green Teacher: Menonton Film dan Seminar

Riau Pos - For Us


Siti Aminah S Pd
Guru Bahasa Inggris
SMKN 1 XIII Koto Kampar



Bagi saya, lingkungan itu nomor satu. Karena kita hidup di lingkungan. Lingkungan yang kita miliki sekarang ini hanya satu. Tuhan hanya menganugerahkan satu bumi kepada manusia. Meskipun banyak upaya oleh para ahli astronomi atau angkasa untuk mencari planet pengganti bumi. Namun hingga saat ini belum ditemukan yang benar-benar sama. Subhanallah ciptaan Allah SWT.
Kendatipun persoalan lingkungan tengah kritis-kritsinya namun masih banyak orang menyepelekan persoalan lingkungan ini, memang agak sulit untuk membangkitkan kesadaran mereka untuk menjaga lingkungan. Di sekolah sembari berkumpul, saya sempatkan untuk mengajak rekan-rekan sesama guru untuk menjaga kebersihan lingkungan. Selalu mengingatkan para siswa untuk selalu menghargai tempat mereka bernaung. Karena di sana mereka bisa melanjutkan hidup.
Polemik bangsa kita saat ini adalah perusak lingkungan yang terdiri dari stakeholder atau para pembuat keputusan. Mereka yang seharusnya menghasilkan keputusan baik untuk masyarakat umum malah sebaliknya menghasilkan keputusan untuk kepentingan kelompok dan diri mereka pribadi.
Ironis memang. Namun sebagai seorang guru, adalah tugas kita untuk melindungi generasi muda dari berbagai ancaman yang datang dari orang-orang seperti itu. Memutuskan rantai perusak lingkungan adalah tugas para pendidik. Sebab rantai tersebut akan bisa putus jika kita mendidik karakter anak bangsa dengan prilaku dan pola pikir yang mencintai lingkungan.
Untuk menciptakan kesadaran menjaga lingkungan terhadap anak-anak didik bisa di lakukan dengan memberikan pengetahuan tentang penyakit-penyakit yang bisa diakibatkan oleh lingkungan yg kotor ataupun bahaya-bahay bencana yang bisa ditimbulkan oleh lingkunagn yang kotor. yah... itu semua memang tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan, tapi itulah tugas yang diemban sebagai seorang guru untuk selalu mengingatkan siswa-siswi kita!
Selain itu, cara menjaga lingkungan yang bisa diterapkan oleh para siswa bisa dengan, mendaur ulang. Sebagai wali kelas atau guru kita harus kreatif, misalnya dengan    memanfaatkan bekas kemasan minuman yang kita beli seperti botol air mineral dan sejenisnya menjadi pohon hias ruangan, atau menjadi bunga hias, dan kreasi-kreasi kreatif lainnya.
Ini sudah kami terapkan di Kelas XI Agribisnis Produksi Tanaman yang kebetulan saya sendiri yang jadi wali kelasnya. Selain kelas menjadi Indah, juga bisa menciptakan kesadaran kebersihan lingkungan kepada siswa.
Cara berikutnya adalah dengan dengan mengadakan acara nonton bareng di sekolah yang bertemakan bencana alam akibat ulah manusia yang tidak menjaga lingkungan. Percaya atau tidak, film merupakan media pendidikan yang cukup efektif untuk meningkatkan kesadaran siswa-siswi. Karena melalui film siswa-siswi melihat langsung bagaimana kondisi lingkungan hancur oleh akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.
Jalan berikutnya dengan mengadakan seminar-seminar yang bertemakan tentang lingkungan. Seperti hari Sabtu kemarin tanggal 18 Desember 2011, sekolah kami kedatangan tamu istimewa dari Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mensosialisasikan perubahan cuaca. Mereka membahas berbagai macam dampak lingkungan yang kotor dan cara pencegahannya.
Melalui seminar tersebut siswa-siswi jadi belajar langsung dari para ahlinya. Kami guru-guru juga merasa sangat senang karena terbantu dalam menerapkan pola pikir ramah lingkungan kepada para siswa kami.
Begitulah yang bisa kita lakukan untuk menjadikan generasi muda kita generasi yang baik terhadap lingkungan. Kepentingan manusia untuk mengeksplorasi lingkungan mungkin memang tinggi. Namun kepentingan itu akan menjerat leher manusia sendiri jika tidak dicapai dengan cara baik-baik. Lingkungan harus dijaga dari kepentingan para serakah dan perusak.***
0

Cara Unik Jaga Lingkungan: Ubah Kebiasaan

Riau Pos - For Us


Stephanie Anggun Mering
SMA Cendana Pekanbaru


Tak pernah terlintas di pikiran saya akan masa depan bumi ini setelah 50 tahun ke depan. Bila kini banyak orang yang bersikap acuh tak acuh terhadap lingkungan dan sumber daya yang terkandung di dalamnya. Pernahkah kita berpikir akan kelangsungan hidup anak cucu kita dengan lingkungan dan sumber daya yang mungkin sudah sangat menipis karena telah habis terpakai oleh kita?
Ketika saya mengikuti seminar tentang topik lingkungan, saya sadar akan satu hal, ternyata selama ini kita telah mewariskan neraka bagi anak cucu kita. Segala sumber daya kita pakai secara habis-habisan. Dengan melesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, bukannya manusia dapat memanfaatkannya untuk masa depan yang baik. Sekarang malah banyak manusia yang menyalahgunakan kemajuan tersebut untuk memakai hasil alam tanpa mengenal batas. Beberapa oknum-oknum yang tidak bertangung jawab hanya dapat memakai, kemudian ditinggalkannya dalam keadaan rusak, seperti kata pepatah “habis manis, sepah dibuang.”
Mungkin pada saat itu manusia dapat menikmati semua sumber daya secara bebas.Namun pada suatu hari nanti, mungkin 50 tahun mendatang, semua itu akan berhenti di satu titik puncak dimana bumi telah kehabisan segala suatunya. Di titik itulah manusia akan menyesal akan perbuatannya di hari-hari sebelumnya. Bayangkan anak cucu kita nanti, mungkin saja di masa-masa mereka air sudah menjadi salah satu sumber daya yang sangat langka. Air yang sekarang selalu dipandang sepele orang banyak itu mungkin saja akan menjadi emas yang berharga di kemudian hari.
Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan bumi kita ini. Mulai dari kebiasaan kecil contohnya seperti menghemat air dan menghemat segala sesuatu yang biasa kita pakai dalam kegiatan sehari-hari. Selain menipisnya Sumber Daya Alam (SDA), perusakan lapisan ozon bumi juga semakin lama semakin parah. Tak pernah kita sadari bahwa ada beberapa kelakuan kita yang secara sengaja maupun tidak sengaja telah merusak lapisan pelindung bumi. Ada pula dampak-dampak yang mungkin terjadi bila lapisan ozon semakin menipis. Contohnya saja terjadi penaikan suhu dari suhu normal suatu tempat. Kota kita pun sempat mengalami penaikan suhu dari suhu normalnya, yaitu 300C. Penaikan suhu ini tergolong dampak-dampak yang masih biasa.  
Bayangkan, apa yang akan terjadi di tahun-tahun berikutnya bila kita terus melakukan kegiatan yang selalu merugikan bumi kita. Mungkin orang-orang akan banyak yang terjangkit penyakit atau bahkan mati karena permasalahan tersebut. Contohnya saja kanker kulit, sinar Ultra Violet (UV) B yang datang akibat menipisnya lapisan ozon bumi dapat mengakibatkan kanker kulit bila kulit seseorang terlalu lama terpampang oleh sinar tersebut.
Terlalu banyak permasalahan di bumi ini. Permasalahan tersebut terjadi akibat tingkah laku manusia yang seenaknya sendiri. Kita selalu melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang, maka dari itu mulai dari sekarang. Selamatkanlah bumi kita demi masa depan anak cucu kita. Janganlah wariskan neraka pada mereka. Mari lakukan kegiatan-kegiatan positif yang bermula dari hal-hal yang kecil, karena dengan melakukan hal-hal kecil tersebut,berarti kita telah menyelamatkan sepersekian persen dari kerusakan bumi kita.
So, nggak kalah gaul kan? Mengubah kebiasaan dengan lebih ramah pada lingkungan bisa memperpanjang usia bumi. Kalian pilih yang mana? Gaul dengan cara merusak diri dan lingkungan serta mewariskan neraka kepada anak cucu kita. Or, Save the world for a better future!***

1

Green Techno: Australia dan Pembangkit Listrik Gelombang Laut

Riau Pos - For Us Selasa, 20 Desember 2011


      Sebuah pembangkit listrik dengan gelombang laut dikembangkan di Australia. Pembagkit Listrik ini dikenal dengan BioWave yang memanfaatkan energi gelombang laut sebagai sumber energinya. 
     Energi gelombang laut ini menyerap dengan menggunakan pelampung yang kemudian dialirkan menuju generator untuk menghasilkan listrik dengan bantuan pompa hidrolik yang dikenal dengan O-Drive. Saat ini prototipe berkapasitas 250 kilo Watt ini siap beroperasi pada kedalaman 30 meter. Sedangkan untuk skala komersialnya berkapasitas 1 megaWatt yang beroperasi pada laut yang lebih dalam berkisar 40-45 meter. Tak ada salahnya juga Indonesia mencontoh yang dilakukan Australia ini bukan? (afra-gsj/int/new)
0

Info Green: Jual Beli Satwa Langka di Perbatasan

Riau Pos - For Us



          Ternyata banyak hal yang bisa mengancam keberadaan satwa liar dan langka yang ada di hutan Indonesia. Tak hanya perburuan yang semakin marak, ternyata jual beli satwa langka juga marak terjadi di kawasan perbatasan, seperti di Pontianak, Kalimantan Timur dan Barat serta sejumlah titik di wilayah Sumatera.
            Beberapa lokasi di Sumatera kerap menjadi jalur penyelundupan ke Malaysia melalui jalur laut di Kepulauan Riau, Sumatera Utara dan Aceh. Sedangkan untuk ke Filipina biasanya melalui jalur laut di Maluku.
Menurut Darori, Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan, ketatnya pengawasan melalui kerja sama pihak kepolisian setempat bekerja sama dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) diharapkan mengatasi hal tersebut. (afra-gsj/int/new)
0

Cara Unik Jaga Lingkungan: Sentuhan Kreativitas

Riau Pos - For Us




Paradigma sekarang tentang anak muda yang identik dengan kebebasan berekspresi  sepertinya patut diacungi jempol. Karena dengan adanya hal itu dapat memacu munculnya kreativitas anak muda yang terbiasa atau membiasakan dirinya berfikir di luar kotak (out of box), yaitu mencoba menembus batas-batas pikiran yang biasanya diakui oleh orang-orang kebanyakan.
Pola pikir seperti ini terbukti mampu memberikan benefit di bidang industri kreatif yang tidak mengesampingkan faktor perubahan pada lingkungan. Bahkan bisa dikatakan bahwa kondisi lingkungan dan kekhawatiran manusia menjadi sebuah inspirasi penuh bagi pelaku industri kreatif untuk bisa tampil di publik. Sebagai contohnya, ada beberapa industri sepatu berskala rumahan yang tentunya dimotori oleh anak muda lahir dari sisa-sisa potongan kain batik yang melahirkan produk sepatu berkualitas dan punya gaya. Lalu ada industri tas dan dompet yang lahir dari sisa-sisa wallpaper juga pada dasarnya mempunyai pola pikir yang sama, yaitu jika sisa-sisa benda tersebut dibuang maka sudah pasti akan menjadi limbah yang mengganggu lingkungan, daripada dibuang lebih baik dimanfaatkan.
            Adanya contoh-contoh sederhana tersebut rasanya patut kita jadikan teladan dalam hal menjaga lingkungan. Apa lagi jika kita mampu menghasilkan produk yang bagus tentu saja hal ini dapat mengangkat perekonomian kita pribadi. Faktor yang dirasa cukup penting saat kita mencoba untuk berkarya dari sisa-sisa barang bekas adalah dengan tidak melakukan plagiarism.
Kebanyakan dari mereka yang berkecimpung di dunia ini adalah dengan melihat kondisi di lingkungan sekitar mereka pribadi. Kita juga bisa mulai dari lingkungan sekitar kita, apa yang ada dan apa yang bisa kita perbuat. Kita yang sudah jengah dengan prilaku sekumpulan orang yang sama sekali tidak peduli dengan keadaan lingkungan, dan butuh cara baru untuk memberikan perubahan di publik mungkin bisa memilih cara ini dengan memproduksi suatu barang menjadi alternative kampanye kita terhadap lingkungan. Dengan demikian, orang-orang yang dahulunya tidak peduli sekalipun, secara tidak langsung ternyata juga mendukung soft campaign yang kita lakukan.
            Hal tersebut diatas sebagai sebagai gambaran jika kita memposisikan diri sebagai calon produsen untuk suatu produk ramah lingkungan. Namun partisipasi kita lebih sederhana lagi jika kita memposisikan diri sebagai konsumen produk ramah lingkungan, cukup dengan menggunakan produk-produk tersebut. Selain terlibat secara tidak langsung terhadap soft campaign dari produsen, kita juga turut serta dalam kampanye cinta produk dalam negeri, dan tetap mempertahankan keberlangsungan usaha kecil menengah di Indonesia. Ditambah lagi jika produk yang dibeli adalah produk fashion yang memang diproduksi khusus dengan target pasar anak muda. Benar-benar sebuah efek domino yang positif, bukan?
            Hal itu kemudian akan menjadi cara gaul dalam menjaga lingkungan. Sebab dalam mengembangkan produknya tentu produsen melihat selera pasar namun mereka juga harus idealis terhadap upaya penyelamatan lingkungan. Dengan cara seperti ini, tidak terasa baik produsen maupun konsumen telah ramah terhadap lingkungan. Apalagi jika kemudian, produsen sengaja menyisipkan pesan-pesan lingkungan terhadap produk-produk mereka. Lihatlah bahwa go green telah menjadi gaya hidup. Bukan hanya bagi beberapa kalangan. Namun anak muda atau remaja yang ingin punya citra bagus dilingkungannya mereka harus mengetahui apa itu semangat go gree. Pergeseran makna gaul tersebut dari yang tadinya identik dengan hura-hura sekarang lebih kepada go green merupakan kemajuan. Tapi jangan lupa sentuhan kreativitas itu perlu.



Teguh Budianto
Mahasiswa UIN Sultan Syarif Kasim Riau

0

Green Teacher: Ajarkan Kearifan Lokal

Riau Pos - For Us





Masyarakat Indonesia merupakan bagian dari rumpun besar melayu dunia. Kita memiliki beranekaragaman kebudayaan dan adat istiadat. Riau tidak kalah dengan daerah-daerah lain. Riau kaya akan kearifan lokal yang menjadi budaya dan tata prilaku masyarakatnya. Kearifan tersebut berlaku bukan hanya antara manusia. Namun juga menjadi sebuah khasanah hidup bagi hubungan dengan Tuhan dan alam.
Kearifan masyarakat Melayu Riau terhadap alam tak terperi dan terbilang bijaknya. Kita memiliki pendahulu/nenek moyang yang sangat santun menyikapi alam. Mereka berkebun, mereka bertani namun mereka tidak pernah mengeksploitasi. Mereka memelihara, mencintai, menyanyangi dan mengasihi. Mereka menjadikan alam sahabat. Bagi mereka jika alam kesakitan maka manusia akan lebih sakit menanggung akibatnya.
Itu gambaran tentang penghargaan pendahulu kita kepada alam. Alam diibaratkan sebagai sumber daya namun juga sumber bencana. Oleh karena itu jika manusia mampu mengelola alam tersebut tanpa merusak keseimbangannya antara sumber daya dan bencana. Ia akan menjadi kehidupan bagi manusia. Begitu juga sebaliknya alam akan menjadi bencana jika sumber daya yang dikandungnya dikuras habis, sebab alam juga butuh diri mereka sendiri untuk mampu memenuhi kebutuhan manusia.
Ajaran kearifan lokal dari leluhur kita tentang alam. Saat ini seolah sebagai ajaran kuno namun tidak klasik. Karena kalau klasik masih banyak orang yang mengincarnya untuk dijadikan pelajaran alih-alih dikoleksi. Barang kuno adalah barang yang tidak lagi berguna untuk saat ini. Karena sudah ada barang modern sebagai penggantinya yang ”mungkin” lebih canggih. Namun apakah kecanggihan itu ramah terhadap alam?
Menelaah ini, adalah tugas para pengajar, bukan hanya guru di sekolah namun juga orangtua dan masyarakat di lingkungan siswa untuk mengingatkan siswa atau anak-anak kita bahwa Riau punya kearifan terhadap alam.
Nenek moyang orang Riau memiliki sudut padang berkelanjutan terhadap pengelolaan alam. Meski sekalipun mereka tidak mengenal apa itu global warming, apa itu perubahan iklim. Sebab mereka memahami bahwa jika alam rusak manusialah yang akan menanggung akibatnya. Ini secara jelas juga tercantum dalam kitab suci al-quran.
Sekarang para siswa kita diajarkan tentang berbagai ilmu. Mulai dari ilmu sosial, alam, etika dan sebagainya yang semuanya bernafaskan modernisasi. Namun muatan lokal hanya menggambarkan tentang budaya. Padahal dalam mata pelajaran ini termakhtub kearifan yang bisa digali oleh para guru sebagai bagian dari manusia melayu Riau seutuhnya. Manusia peduli alam.
            Mengajarkan siswa kearifan lokal menjadi hal yang krusial saat ini. Sebab sudah saatnya kita kembali pada kearifan yang kita miliki, kearifan lokal yang peduli kepada ala. Riau memilikinya itu tergambar dari hutan larangan adat dan adat-istiada atau prilaku lainnya yang tercermin dibeberapa masyarakat saat ini. Mereka begitu bijak bahkan meperlakukan hewan sekalipun. Sebab bagi mereka itu adalah bagian dari keseimbangan alam.
            Ketika kita bicara keanekaragaman hayati, mungkin mereka tidak akan mengetahuinya. Namun mereka percaya bahwa keberadaan harimau dapat mengotrol hama babi hutan dikebun mereka. Oleh karena itu si dia tidak boleh diburu sembarangan. Kemudian ketika berkebun, masyarakat pendahulu memperhatikan bahwa ada kawasan-kawasan terlarang dari hutan untuk dibuka. Karena di sana merupakan sumber daya kehidupan. Yaitu air yang mengalir. Hutan harus lestari. Hingga budaya modern datang dengan teknik perkebunan modernnya. Hutan hilang, air tiada yang muncul adalah bencana bagi manusia. Nah, sekarang siapa yang lebih modern?***


0

The Young Hero: Sambilan

Riau Pos - For Us






Hai teman-teman, perkenalkan nama saya Cindy Muthi’ah Sani. Saya biasa dipanggil Muthi. Saya adalah seorang siswi di Sekolah Dasar 007 Bukit Raya, saat ini saya kelas empat. Saya lahir pada 19 September 2002. menurut saya jaga lingkungan dengan cara yang sederhana. Saya suka sekali bermain sepeda, apalagi pada saat hari libur sekolah. Saya biasa bermain sepeda di pekarangan rumah. Namun, sambilan bermain saya juga turut serta membantu umi untuk menjaga kebersihan rumah. Umi sangat memperhatikan masalah kebersihan rumah. Terutama sampah. Saya tidak takut untuk kotor,karena berani kotor itu baik. Dengan demikian, kita akan mendapatkan dua manfaat sekaligus loh. Ikut serta menjaga lingkungan dan membantu orangtua. Nah, bagi teman-teman, sambilan bermain saat hari libur sekolah, tidak ada salahnya kan membantu orangtua di rumah.***
0

Our Green Inspiration: Raoul Du Toit, Selamatkan Badak Hitam

Riau Pos - For Us


   Kondisi habitat badak di Zimbabwe semakin menyusut ketika itu. Ditambah lagi dengan perburuan yang semakin mengancam keberadaannya. Badak hitam Afrika itu pun diambang kepunahan. Raoul sebagai seseorang yang telah menghabiskan banyak waktu luangnya di alam terpanggil untuk ikut serta menyelamatkan sia-sisa dari peradaban badak hitam tersebut.

    Raoul memulai karirnya di bidang lingkungan ketika mempelajari dampak lingkungan dari proyek tenaga air di selatan Afrika. Dan kemudian ia direkrut di sebuah organisasi internasional yang terkoordinasi dan bekerja untuk konservasi badak dan gajah di seluruh benua. Dari sini, Raoul pun mulai mempromosikan model inovatif untuk konservasi badak yang terkait dengan pembangunan pedesaan.
    Selain sebagai tokoh sentral dalam pengembangan konservasi di Zimbabwe selama tahun 1990-an. Ia juga menjadi salah sau dari para profesional yang tersisa untuk menjaga proyek-proyek penangkaran badak yang layak selama tahun 2000-an. Ketika itu banyak profesional yang meninggalkan negara tersebut, karena adanya kekurangan komoditas dasar dan bencana devaluasi mata uang Zimbabwe. Tapi, ketika itu Raoul yakin kalau ia dan timnya masih bisa melanjutkan proyek mereka.

    Kini, populasi badak hitam di kawasan Lowveld telah stabil berkat upaya yang dilakukan oleh Raoul. Meskipun banyak yang mengancam populasi badak tersebut sejak tahun 2000. Sekarang ada 350 badak hitam di wilayah tersebut.

    Sebagian besar badak kini berada di bawah pengawasan Rhono Trust Lowveld yang didirikan olehnya pada tahun 2009 dengan dukungan dari Yayasan Badak Internasional serta sumbangan dari pemerhati badak lainnya. Programnya ini juga tidak hanya berfokus pada konservasi satwa liar, tapi ia juga menggabungkan antara kebijakan internasional, keanekaragaman hayati dalam konteks yang lebih luas serta penggunaan lahan yang seimbang antara konservasi dan pembangunan. Dan bagi Raoul pengelolaan lingkungan dan konservasi satwa liar merupakan aspek penting untuk perkembangan Zimbabwe. Tak lupa Raoul juga mengajak masyarakat setempat untuk ikut serta dalam melestarikan badak.

    Berkat perjuangannya inilah akhirnya Raoul dianugerahi penghargaan lingkungan Goldman Enviroment Prize pada tahun 2011 atas upayanya dalam melakukan konservasi badak hitam di Zimbabwe ini. Memang sudah seharusnya kita melestarikan keanekaragaman hayati dan satwa yang ada di negara kita sendiri. (afra-gsj/int/new)
0

Batang Sawit Pengganti Kayu

Riau Pos - For Us




   Normalnya, sebanyak 180 haktare kelapa sawit yang telah berumur 30 tahun ditumbangkan setiap hari. Kerapatan batang perhektare mencapai 120 batang sawit. Dimata orang awam batangan tersebut hanya limbah tak berguna. Tapi bagi Fakhri, Dosen D3 Teknik Sipil Unversitas Riau, itu merupakan potensi besar sawit selain buahnya.

   Ditemui di kantor Program Studi Diploma 3 (D3) Teknik Sipil, Universitas Riau (15/12), Fakhri, begitu ia kerap dipanggil menyambut tim Riau Pos-For Us dengan ramah. Tanpa banyak basa-basi tim langsung menanyakan tentang awal mulanya Ketua Prodi D3 Teknik Sipil ini mengolah sawit menjadikan furniture rumah tangga.

   “Mungkin ini agak menjauh dari disiplin ilmu Teknik Sipil, hanya saja tetap ada kaitannya. Sebab, sebagai ilmu yang mempelajari tentang konstruksi bangunan, semula kita ingin mencari bahan konstruksi alternatif selain kayu, besi dan baja,” ungkapnya memulai obrolan menjelang siang itu.
    Awalnya ada dua alternatif, lanjutnya, pertama mengolah kayu dari pohon akasia dengan umur pendek namun sudah bisa diproduksi atau mengolah sawit. Akhirnya pilihan jatuh ke sawit karena banyaknya limbah batang sawit yang tidak dikelola, padahal potensinya sangat besar. Dengan luas lahan sawit kurang lebih 20 juta haktare, Riau, menyimpan potensi ekonomis lain dari batang sawit yang telah tua, yaitu dengan menjadikannya papan pengganti kayu.

   Jika batangan sawit yang telah tua dan tidak menghasilkan buah lagi ditumbangkan kemudian tidak diolah. Maka itu akan menjadi limbah yang dapat merusak lingkungan. Kita tahu bahwa tanaman sawit itu sendiri sudah cukup banyak menuai kontroversi pendapat dari kalangan aktivis. Nah, bayangkan saja jika batang sisa penumbangan karena akan diganti dengan sawit baru tidak diolah. Masalah baru lagikan?

   Tergerak untuk menjadi solusi terhadap persoalan itu dan juga demi mendorong perekonomian masyarakat. Maka Fakhri yang telah mengabdi sejak 1996 di Prodi D3 Teknik Sipil tersebut, selama lima tahun terakhir telah meneliti tentang manfaat lain dari limbah sawit. “Kebutuhan masyarakat terhadap kayu tidak dapat dihentikan begitu saja. Kita akan membutuhkan kayu terus menerus. Sementara keberadaan kayu menjadi komoditi yang sangat langka dengan nilai selangit,” tuturnya. Oleh karena itu, tambah pria kelahiran Kuok, Bangkinang ini, dibutuhkan alternatif lain pengganti itu. Batang sawit merupakan pilihan yang bagus.

   Memproduksi kayu dari batang sawit tua bisa dilaksanakan dengan skala usaha kecil menengah (UKM) berbeda dengan kayu partikel yang harus diproduksi secara massal sehingga harus melibatkan industri besar. Oleh karena itu, kayu batang sawit bisa menjadi alternatif bagi perekonomian masyarakat.

   Pengolahannyapun tinggal pilih. Ingin memakai alat berat yang tentunya dengan finansial yang cukup tinggi atau secara sederhana saja namun hasil yang didapatkan tidak kalah bagusnya.

   Fakhri berbagi ilmu bagi pembaca For Us Riau Pos yang berminat terhadap usaha pengolahan batang sawit menjadi kayu ini. pengolahannya cukup sederhana dan terdiri dari empat tahap.

   Berikut adalah tahapan-tahapan yang dibeberkan oleh pria 42 tahun ini. Tahap pertama disebut dengan penebangan. Pohon sawit yang sudah tua dan tidak berproduksi lagi ditebangin dengan chainsaw atau alat penebang lainnya. Kemudian potong batang menjadi beberapa bagian jangan lupa untuk memberi tanda bagian luar dan dalam batang yang telah dipotong.

   Tahap kedua, adalah pembelahan. Belah batang sawit menjadi papan dengan ketebalan antara 2 -3 cm. Hindari ukuran bentuk balok yang tebal, lebih dianjurkan dibelah dan dipotong ukuran pendek-pendek dan tipis.

   Tahap ketiga, dikatakan sebagai tahap pengawetan. Ini merupakan tahap yang urgent, sebab jika batang sawit yang telah dibelah tidak segera diawetkan ia akan cepat berjamur. “Ini merupakan kekurangan dan kendala dalam pengolahan limbah sawit ini,” ungkap Fakhri. Bahkan diawal-awal, ceritanya, saya kerap mengalami hal tersebut karena keterlambatan melakukan pengawetan.

   Batang sawit yang telah berbentuk papan atau balok diawetkan dengan memakai bahan kimia. “Kaporit merupakan pilihan yang baik untuk mengawetkannya,” seru Fakhri memberi tips. Rendamlah papan atau balok sawit dengan air telah diberi kaporit selama dua jam. Setiap 30 menit cairan pangawet diaduk.

   Nah, sekarang masuk pada tahap keempat, yaitu pengeringan. Pada tahap ini papan sawit dikeringkan selama kurang lebih sepuluh hari. “Sampai kadar air di dalamnya mencapai 15 persen,” ungkap alumni master Teknik Sipil UGM tersebut.

   Setelah melalui semua tahapan pembuatan batang hingga menjadi kayu. Selanjutnya tinggal pada kreasi masing-masing orang ingin menjadikan kayu tersebut menjadi apa. “Kalau dijadikan konstruksi bangunan, kayu sawit ini bukan bahan yang kuat. Karena gaya gesernya kaku,” tutur Fakhri mengungkapkan kelemahan dari kayu sawit. Struktur bangunan tersebut contohnya dijadikan jembatan yang akan dilalui oleh mobil-mobil besar. Namun kayu sawit cukup bagus untuk dijadikan peralatan rumah tangga seperti furniture atau meuble.

   Masyarakat bisa memanfaatkan kayu tersebut sebagai kayu bekisting (papan cor), dinding partisi, panil pintu, plafon ringan, bahan bangunan atau kreasi-kreasi lain seperti hiasan dinding, figura foto, pot bunga, asbak rokok. Hal itu juga ditunjang dengan warna dan corak dari kayu sawit yang telah dilaminasi dengan kayu lain sangat bagus dan berwarna warni.

   “Sudah delapan tahun ini, kursi tamu di Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Riau terbuat dari kayu sawit. Kondisinya baik-baik saja sejauh ini,” promosi pria yang tengah berupaya mengembangkan desa binaan di Desa Sibuak, Kecamatan Tapung, Kampar tersebut.

   Fakhri dan anak-anak Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) UNRI gelombang tiga bimbingannya di Kecamatan Tapung memang sedang memperkenalkan teknologi pengolahan limbah batang sawit ini kepada masyarakat di lokasi-lokasi perkebunan sawit. “Di sana kami lebih kepada aplikasi yang mudah, misalnya membuat pot bunga dari kayu sawit, terangnya.

   Animo yang tinggi dari masyarakat dan dukungan penuh dari kepala desa Sibuak menjadikan Fakhri dan para mahasiswa tersebut bersemangat memperkenalkan metode ini. Saat ini yang masyarakat butuhkan adalah teknologi sederhana tepat guna, ungkap Dosen Konstruksi Kayu ini.

   Teknologi tepat guna tersebut misalnya pengolahan limbah, sampah, air bersih, pangan yang murah, ekonomis, praktis namun bisa diaplikasikan dengan mudah. Oleh karena itu, dalam menunggu hak paten keluar Fakhri juga kerap mensosialisasikan penemuannya ini kepada masyarakat di pedesaan.(tya-gsj)
0

Budidaya Ikan Baung di Lahan Tidur

Riau Pos - For Us

 internet
BUDIDAYA : Ikan Baung sudah mulai dilakukan pembudayaannya oleh petani ikan Desa Temiang. Bagi masyarakat sekitar ikan ini membawa berkah.
Memanfaatkan lahan tidur untuk membudidayakan ikan baung belum banyak dilakukan petani ikan di Riau. Namun di Desa Temiang, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis budidaya itu sudah dilaksanakan dan berhasil.

Laporan Mashuri Kurniawan Bengkalis 
mashurikurniawan@riaupos.co.id

    Ikan baung adalah nama yang termasuk ke dalam marga Hemibagrus , suku Bagridae. Penyebarannya sampai di India, Asia Tenggara, dan Cina Selatan. Biasanya jenis ikan itu membuat sarang berupa lubang di dasar perairan yang lunak dengan aliran air yang tenang.

    Ikan baung menyukai tempat yang tersembunyi, berlindung dibawah akar pohondi dalam air. Ikan itu keluar sarang sebelum hari petang. Setelah hari gelap, ikan baung akan keluar dengan cepat untuk mencari mangsa. Namun begitu tetap berada disekitar sarang dan segera, masuk ke sarang bila ada gangguan.



    Di Riau sendiri ikan ini bisa ditemukan di Sungai Kampar dan Sungai Siak. Hanya saja, habitatnya sudah mulai berkurang. Dikarenakan, ulah manusia yang selalu melakukan eksploitasi berlebihan terhadap sungai. Pembuangan sampah dan limbah cair ke dalam sungai mengakibatkan ikan ini sulit berkembang biak.

    Padahal, ikan baung ini termasuk ikan yang sangat digandrungi diseluruh dunia. Khususnya masyarakat Riau. Secara distribusi geografis ikan baung, selain di perairan Indonesia, juga terdapat di Hindia Timur, Malaya, Indocina, dan Thailand. Ikan yang menyebar luas di India, Cina selatan dan AsiaTenggara.

    Di Indonesia ikan ini dikenal dengan banyak nama daerah, seperti Ikan Sogo (Jawa Tengah) , Sengol (Jawa Barat) , Baung (kebanyakan Sumatera) , Ikan Teiken (Sumatera Utara) , Ikan Tagih atau Tegeh (JawaTimur) , Ikan Niken (Kalimantan Barat) , Ikan Patik (Kalimantan Selatan) , Ikan Kendiya (Kalimantan Tengah) , Ikan Baung Putih (Kalimantan Timur).

    Permasalahan inilah yang memerlukan perhatian serius oleh seluruh masyarakat Riau. Sebab, bila terus dilakukan pengrusakan habitat ikan pada sungai, bukan hanya ikan baung saja musnah, tetapi seluruh ekosistim di sungai bisa terganggu. Perkembangbiakan ikan harus dilakukan. Jangan sampai musnah.

    Melihat permasalahan inilah, masyarakat Desa Temiang, Kecamatan Bukit Datuk, Kabupaten Bengkalis melakukan pengembangbiakan Ikan Baung. Bagi masyarakat Desa Temiang, ikan itu membawa berkah bagi seluruh masyarakat. Kelestariannya juga mulai dijaga dengan baik oleh masyarakat.

    Rabu (14/12) lalu, Riau Pos berkunjung ke lokasi Desa Temiang ditemani Slamet (37). Desa ini dikelilingi perkebunan kelapa sawit dan karet. Hampir diseluruh rumah masyarakat ditanami perkebunan sawit dan karet. Kebanyakan mereka yang tinggal di Desa Temiang bekerja sebagai petani dan nelayan. Hanya sedikit sebagai PNS.

    Panas terik matahari begitu terasa di kulit siang itu. Waktu menunjukan pukul 10.15 WIB. Pemandangan pohon sawit berdiri dengan buahnya yang bernilai tingi, Riau Pos menelusuri perkampungan Desa Temiang untuk melihat secara langsung lokasi pengembangbiakan Ikan Baung.

    Dalam perjalanan tersebut, Riau Pos berhentilah disalah satu perumahan warga yang berhasil mengembangbiakan Ikan Baung dan Lele. Pria separuh baya ini mengaku bernama Bambang (51). Dia menyambut kedatangan Slamet dan Riau Pos masuk kedalam pekarangan rumahnya.

    “Mencari apa nak,” Tanya Bambang kepada Slamet. “Ini pakde ada teman mau melihat pengembangbiakan Ikan Baung,’’ kata Slamet. Bambang membawa Riau Pos dan Slamet menuju kolam dibelakang rumahnya. Bersama dengan enam kepala keluarga di Desa Temiang Bambang melakukan pengembangbiakan Ikan Baung.
    Selama melakukan pengembangbiakan ikan itu, Bambang dibantu Fakultas Pertanian, Universitas Islam Riau. Kolam milik Bambang berukuran 6 meter x 7 meter. Didalam kola mini ikan dimasukan dalam jarring rapat. Dengan begitu ikan tidak akan mudah keluar dari dalam jaring. Kemudian, memberikan kemudahan memberi makan.

    Bambang menyebutkan, biasanya ikan itu paling disukai adalah perairan yang tenang, bukan air yang deras. Karenaitu, ikan baung banyak ditemukan di rawa-rawa, danau-danau, waduk dan perairan yang tenang lainnya. Sayang, kata dia, banyak rawa dan danau sekarang ini berubah menjadi bangunan beton.

    Pencemaran yang terjadi di sungai dan anak sungai, sambungnya, sangat mengganggu perkembangbiakan ikan tersebut. Karena, sifat ikan itu sangat rentan terhadap penyakit dan gangguan. Permasalahan inilah yang mendapatkan perhatian masyarakat Desa Temiang.

    Menurut dia, bagaimana memanfaatkan lahan tidur atau tidak dipergunakan menjadi berguna. Untuk awal pembuatan kolam memang dinilai Bambang memerlukan waktu yang lama. Ikan Baung tidak sembarangan bisa hidup selain di habitatnya. Apalagi habitat buatan.

    Namun lanjutnya, dibantu Fakultas Pertanian UIR, upaya pengembangbiakan Ikan Baung berhasil dilakukan. Bahkan, sekarang ini nilai ekonomis ikan itu memberikan dampak besar pada peningkatan ekonomi mereka.
    Apalagi, kalau ikan tersebut dijadikan salai, harganya bisa mencapai Rp130.000 per kilogram. Kalau ikan basah Rp55.000 hingga Rp60.000 per kilogram. Kebanyakan pembelinya langsung datang ke Desa Temiang untuk membeli Ikan Baung salai maupun yang basah.

    Pemandangan disekeliling kolam milik Bambang ditanami pepohonan hijau dan rindang. Udara disekeliling kolam terasa sejuk. Bersama dengan Slamat, Riau Pos diperkenankan memancing Ikan Baung didalam kolamnya. Mata kail dikasih umpan cacing. Begitu mata kail masuk ke dalam air ratusan ikan langsung menyambarnya secara bergantian.

    Sayangnya ikan baung tidak bisa tertangkap. Usaha terus dilakukan, akhirnya setelah menunggu selama 15 menit Ikan Baung berukuran dua jempol manusia berhasil dididapatkan Slamet. ‘’Lumayan sulit narik ikannya ya pakdem’’ ujar Slamet seraya tersenyum kearah Bambang.

    Bambang mengatakan, induk ikan baung dapat dikembangbiakkan di kawasan tersebut berasal dari Balai Benih Ikan UIR. Tetapi, ada juga dari sungai dan rawa yang ada di Desa Temiang. Hal tersebut dilakukan agar karakter dan sifat peranakan yang dihasilkan nantinya sesuai dengan tempat pemeliharaannya, yakni di dalam kolam.

    “Perlu diketahui bahwa sebagian besar petani ikan di Riau dan sekitarnya menggunakan media sungai sebagai tempat membesarkan ikan. Kami di dalam kolam sebagai tempat penangkarannya,” katanya.

    Waktu menunjukan pukul 16.12 WIB, saat berbincang dengan Bambang, seorang pria yang merupakan petani ikan baung dan lele, Miriadi (47) mendatangi kolam. Wajahnya tersenyum mengarah pada Bambang.

    Perbincangan antara Bambang, Misriadi, Slamet, dan Riau Pos berlangsung penuh senyuman. Dalam penjelasannya Misriadi mengemukakan, untuk penangkaran Ikan Baung memang santat perlu dilakukan mayarakat Riau. Bagi dia, ikan itu menjadi salah satu simbol keunggulan Riau.

    Misriadi sendiri menmgaku memiliki kolam dengan luas 5 meter x 6 meter. Kolam itu berada di belakang rumahnya. Banyak keuntungan yang dinilai Misriadi dari ikan baung. Bukan hanya keuntungan materi saja, bila sudah mendekat ke kolam dan memberi makan bisa membuat fikiran menjadi tenang.

    ‘’Cobalah dek, buat sebuah kolam. Lalu kembangbiakan Ikan Baung atau Lele, pasti bisa menambah penghasilan,’’ cerita Misriadi kepada Riau Pos. Bagi para petani ikan yang ingin mendapatkan bibit ikan baung, Misridai mempersilakan untuk datang sekaligus membelinya di Desa Temiang. Yang pasti, kata dia, Ikan Baung menjadi berkah bagi petani ikan di Desa Temiang. Cukup dengan memanfaatkan lahan tidur, ikan ini bisa dikembangbiakan dengan baik.

    Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian UIR, Rosyadi mengungkapkan, pengembangbiakan Ikan Baung ini memang sudah seharusnya dilakukan masyarakat Riau. Karena, jumlah populasinya yang mulai dirasakan berkurang oleh nelayan dipinggiran sungai.

    Habitatnya juga sudah mulai berkurang. ‘’Kami berusaha melakukan pembelajaran cara mengembangbiakan Ikan Baung. Alhamdulillah sebanyak tujuh KK di Desa Temiang sudah mulai menuai hasil pekerjaan mereka,’’ ungkapnya.

    Dari penuturan Rosyadi, Ikan Baung tetap memerlukan oksigen yang tinggi untuk kehidupannya.Ikan baung tumbuh dan berkembang di perairan tropis. Daya adaptasinya tergolong rendah, kurang tahan terhadap perubahan lingkungan, dan serangan penyakit

    Pada fase benihyaitu dari ukuran 0,5 2 cm. Ikan baung dapat hidup pada ketinggian sampai 1.000 m di atas permukaan laut, kandungan oksigen minimal 4 ppm, dan air yang tidak terlalu keruh dengan kecerahan pada pengukuran alat secchi disk Ikan baung tergolong ke dalam benthopelagic, dan hidup di perairan tawar dan payau dengan kisaran pH 7 - 8,2 dan suhu 22 – 250 derajat Celsius.

    Perlu ketelitian dalam mengembangbiakan Ikan Baung. Bila salah melakukan perkembangbiakan bisa mengakibatkan pada kematian secara masal ikan ini. Ikan baung suka menggerombol di dasar perairan. Aapa yang dilakukan di Desa Temiang merupakan hal pertama menurut dia, di Provinsi Riau.

    Biasanya Ikan Baung pengembangbiakan dilakukan di dalam keramba sepanjang aliran sungai. Padahal dan danau. Budidaya Ikan Baung ini sangat langka dilakukan.

    Ia mengatakan, selama ini ada kabar menyebutkan jenis ikan Baung sangat sulit untuk dibudidayakan.

    ‘’Ternyata tak ada jenis ikan yang tidak bisa dibudidayakan asal masyarakat mau mencoba untuk mengembangkannya,’’ ujar Rosyadi.

    Sementara itu Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Riau, Irwan Efendi mendukung penuh budidaya Ikan Baung yang dilakukan, di Desa Temiang. Ia menilai, apa yang sudah dilakukan masyarakat tersebut sudah sepatutnya ditiru oleh petani ikan lainnya.

    Mempergunakan lahan yang tidak dimanfaatkan lagi, dibuat kolam, dan melakukan budidaya ikan, menurut dia, itu sangat bagus. Dia berharap, tidak ada lagi eksploitasi terhadap Ikan Baung dan ekosistim air Sungai, Danau dan Rawa secara berlebihan

    Menjaga lingkungan tetap hijau, sungai tetap jernih dan tidak membuang sampah ke dalamnya, memang sudah sepatutnya dilakukan secara bersama. ***