Apakah Anda ingin mendapatkan uang dari sampah yang dihasilkan di rumah, tanpa perlu diolah terlebih dahulu plus menjaga lingkungan? Jika iya, menjadi nasabah Bank Sampah adalah jawabannya. Bersempena dengan peringatan hari ibu (22/12) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kamar Dagang Indonesia (Kadin) memsosialisasikan bank sampah kepada ibu-ibu di Pekanbaru.
Sebanyak 150 kaum ibu hadir dalam kegiatan Peringatan Hari Ibu sekaligus sosialisasi bank sampah di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), Jalan Gajah, Pekanbaru. Mereka berasal dari beragam latar belakang keluarga dan pendidikan. Namun, punya satu masalah, yaitu bagaimana cara mengelola sampah rumah tangga sekaligus dapat menghasilkan tambahan uang jajan buat putra-putrinya.
Kegiatan dengan tema Peningkatan Partisipasi Masyarakat Perkotaan dalam Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan serta Perubahan Iklim tersebut bertujuan untuk mengatasi masalah sampah langsung dari sumbernya. Sumbernya tersebut adalah segala aktivitas yang menghasilkan sampah termasuk aktivitas rumah tangga
"Bank sampah merupakan konsep bagus untuk mengatasi persoalan sampah yang kerap mengganggu estetika lingkungan, sekaligus dapat meningkatkan pendapatan ibu rumah tangga walaupun tidak bekerja secara formal," ujar Kholis Romli, Ketua pelaksana kegiatan.
Bank sampah sendiri didefinisikan sebagai suatu wadah yang dapat menampung sampah lingkungan dan dihargai dengan sejumlah uang. Di tingkat nasional beberapa kota besar seperti Jakarta, Bogor dan Surabaya sudah menerapkan konsep ini. Di Riau, bank sampah baru akan berjalan efektif tahun 2012 nanti.
Kegiatan ini juga di didukung oleh Kamar Dagang Indonesia (Kadin). Direktur Eksekutif Kadin, Riau, Muhammad Irwan, menyatakan bahwa turut sertanya Kadin dalam kegiatan sosialisasi bank sampah tersebut untuk mewujudkan satu di antara beragam misi Kadin. Misi tersebut adalah mewujudkan dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Bank sampah dianggap sebagai program yang mampu mengcover itu.
Irwan menyatakan dalam sambutannya bahwa ia sangat takjud dengan gagasan bank sampah yang akan dilaksanakan untuk pertamakalinya di Riau itu. Di sini, ujarnya, kita menemukan dua solusi dari sekian banyak masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Satu, adalah solusi peningkatan perekonomian rumah tangga. Kedua, adalah solusi penyelamatan lingkungan.
Proses pelaksanaan bank sampah tersebut sama dengan siklus bank. Di mana terdapat nasabah, produk bank, pihak pengelola, serta aliran dana. Nasabahnya ditujukan kepada tiap-tiap rumah tangga terutama para kaum ibu. Para nasabah juga akan memiliki rekening sendiri di bank sampah. Produk perbankkannya bukanlah uang cash, namun sampah-sampah itu sendiri. Pihak pengelolanya terdiri dari sukarelawan yang telah dibentuk oleh penggagas program tersebut, yaitu Dalang Collection. Kemudian aliran dana merupakan nilai dari setiap sampah yang dikirim atau ditransfer oleh para nasabah kepada bank sampah begitu juga sebaliknya, nilai dari jumlah sampah yang dihargai oleh bank sampah.
Sofya Seffen atau kerap juga disapa Evi merupakan penggagas kegiatan ini. “Sekarang saatnya ibu-ibu aktif menjaga lingkungan, sebab menjaga lingkungan yang baik dimulai dari rumah kita," ujarnya.
Peserta yang hampir keseluruhannya berasal dari kaum ibu tersebut datang dari berbagai latar belakang. Seperti ibu-ibu Kelurahan Rejosari, kaum ibu dari Perumahan Payung Sekaki-Kualu, para ibu guru dari sekolah-sekolah Adiwiyata, seperti SMAN 8 Pekanbaru. Anggota daur ulang Dalang Collection, Mahasiswi dari Universitas Riau. “Pokoknya yang datang semuanya kaum wanita alias ibu-ibu,” tutur ketua pelaksana kegiatan kepada tim For Us Riau Pos.
Evi menjelaskan tentang syarat-syarat menjadi nasabah bank sampah. Pertama, nasabah harus memiliki semangat dan jiwa peduli lingkungan. Kedua, memiliki rekening atau tabungan di bank sampah, untuk proses pembuatan tabungan di bank sampah tersebut para nasabah bisa datang langsung ke bank sampah yang berkantor di Pusat Kerajinan Dalang Collection, Jalan Gajah, RW 13, Kelurahan Rejosari, Pekanbaru.
Ketiga, nasabah harus memilah sampah yang akan ditransfer ke bank sampah. Sampah yang dipilah terdiri dari tiga kelompok yaitu sampah anorganik, sampah organik dan sampah kertas. “Kami tidak menerima sampah yang tidak dipilah,” tegasnya.
Keempat, tabungan dapat diambil kurang lebih setelah tiga bulan pembuatan rekening. “Uang dari pembelian sampah tersebut tidak langsung diberikan kepada nasabah, namun harus menunggu kurang lebih tiga bulan, hal itu karena bank sampah mendapatkan dana dari hasil daur ulang, sehingga butuh waktu untuk mengumpul dana bagi nasabah kembali” tutur staf Pusat Pengembangan Ecoregional Sumatera ini. Uang tersebut juga akan diberikan pada saat-saat tertentu seperti kenaikan kelas. Sebab saat-saat seperti itu ibu-ibu butuh uang esktra untuk anak-anaknya yang ingin melanjutkan pendidikan, atau menjelang hari raya.
Selain itu, rekening nasabah juga bukan atas nama ibu yang mengikuti program tersebut. Tapi atas namanya anaknya. Hal tersebut untuk menanamkan kebiasaan para ibu di rumah kepada anak-anaknya bahwa menjaga lingkungan harus dimulai dari sejak dini. Sehingga ketika melihat ibunya peduli lingkungan, sedikit banyak ini akan mempengaruhi anak-anak bahwa lingkungan yang sehat itu harus dimulai dari mereka sendiri. “Sampai dewasa nanti mereka akan peduli dengan lingkungannya,” kata Evi.
Layaknya kantor professional, bank sampah juga punya jam-jam operasional. Bank sampah dibuka dari jam 13.00-15.00. Hari-hari kerjanya tidak setiap hari, namun hanya senin, rabu dan sabtu. “Pekerja bank sampah kan sukarelawan jadi tidak bisa buka setiap hari, kalau digaji dananya pasti bakalan tidak cukup, dan tidak mungkin kita menggaji mereka dengan sampah, kan?” canda Evi dalam presentasinya.
Syarat terakhir yang harus dipenuhi oleh para nasabah adalah pemotongan biaya administrasi bagi setiap pemilik rekening, dengan ketentuan, pemotongan senilai 15 persen bagi yang mengantar sampahnya sendiri. Dan 25 persen bagi nasabah yang sampahnya di jemput.
Saat ini, cerita Evi, bank sampah telah bekerjasama dengan 500 kepala keluarga di Perumahan Payung Sekaki, Kualu. Perumahan tersebut belum memiliki pengelola sampah sendiri, oleh karena itu dengan menjadi nasabah bank sampah, ketua RW Perumahan Payung Sekaki mengharapkan persoalan sampah di perumahan mereka tersebut dapat di atasi dengan baik.
Produk-produk yang diterima oleh bank sampah terdiri dari beragam sampah. Misalnya, plastik kemasan, botol atau gelas bekas minuman plastik, koran bekas, kertas bekas, botol, kardus, buku bekas dan sampah minuman kaleng. “Selain itu kami juga menerima sampah biji-bijian,” promosi Evi.
Sampah biji-bijian tersebut hakekatnya merupakan sampah organik yang mampu terurai sendiri menjadi tanah. Namun sampah biji-bijian tersebut dapat dimanfaatkan untuk hal lain. “Jika ibu-ibu biasa mengkonsumsi mangga di rumah, bijinya jangan dibuang tapi bawalah ke bank sampah,” ajak Evi. Ia menjelaskan bahwa hal itu untuk pembibitan tanaman-tanaman buah yang juga bagian dari poduk bank sampah.
“Nah, jika ada program penanaman atau warga ingin menanam pohon buah di dekat rumahnya, silahkan diminta ke bank sampah,” ungkap Evi memberi info. Last, selamat hari ibu 22 Desember dan tetap ramah lingkungan.(tya-gsj/new)
0 komentar:
Posting Komentar