Tikus-tikus yang kerap menggerogoti buah kelapa sawit kini dibuat tak tenang oleh ulah si burung hantu (Tyto alba). Mereka kerap diburu predator alami itu. Dengan ketajaman mata infra merahnya yang siap untuk menyantap mangsa, ia kini menjadi primadona sebagai pengendali hama tikus yang aman bagi lingkungan.
Laporan Mashuri Kurniawan, Pangkalankerinci
mashurikurniawan@riaupos.co.id
Sorotan bola matanya berwarna hitam, tajam memandang ke depan. Cengkraman empat jari kakinya yang tajam menancap kuat di tunggul pohon sawit. Warna bulu sayap atas dan punggung berwarna abu-abu kekuningan, sayap bawah dan dada sampai perut berwarna putih berbintik hitam. Keindahan bulunya sangat indah menjadi daya tarik burung hantu yang berasal dari pegunungan Himalaya, India ini.
Burung ini memiliki ukuran tubuh relatif lebih besar daripada spesies burung hantu yang lain. Bentangan sayapnya mengalun kencang sebelum terbang. Kemampuan berburunya yang sangat tinggi, tangkas, cekatan. Daya penglihatan dan pendengarannya pada malam hari sangat tajam, mampu mendengar cicitan tikus yang berjarak 500 meter dari dirinya.
Di hamparan sawit milik PT Indo Sawit Subur Asian Agri burung predator ini menggantungkan hidup mereka. Memasuki kawasan perkebunan sawit milik perusahaan tersebut, sepanjang jalan, sebelah kiri dan kanan bisa dilihat pohon sawit setinggi 6-8 meter. Tiupan angin berlahan terasa menyapu kulit. Lambaian pelepah dan daun sawit tertiup angin menyambut kedatangan Riau Pos akhir pekan lalu, di lahan perusahaan tersebut.
Pada areal perkebunan itu burung buas (carnivora) yang termasuk species burung hantu familia Tytonidae berburu dimulai dari matahari terbenam hingga subuh hari. Burung yang kebanyakan hidup di areal hutan terbuka dan ditumbuhi pepohonan itu berburu mangsanya dari satu pohon ke pohon sawit lainnya.
Daya jelajahnya yang mencapai 25 hektare, hewan ini bisa terbang dengan ketinggian mencapai 20 meter dari permukaan tanah. Kebanyakan burung ini berburu dari suatu tenggeran, seperti dahan rendah, dan tunggul kayu. Burung itu akan menunggu mangsanya muncul, kemudian menyambarnya dengan sayap terbuka, kaki dijulurkan ke depan.
Tetapi ada juga beberapa jenis burung itu yang terlebih dahulu terbang melayang dari satu tenggeran ke tenggeran lain sebelum menangkap mangsa, sama seperti burung elang. Rentangan Ketajaman matanya yang mempunyai sinar infra merah mampu melihat jelas mangsanya pada malam hari. Bulunya mempunyai lapisan lilin membuat burung ini leluasa menerkam mangsanya.
Sangkar burung seperti rumah miniatur menjadi tempat tinggal hewan itu. Sangkar burung yang dirancang khusus ini menempel diatas tiang bendera. Namun bisa diturun dan naikan sangkar karena menggunakan katrol. Diareal perkebunan ini diperkirakan ada 200 ekor Tyto alba bergantung hidup. Tikus menjadi mangsa terbesar burung predator ini.
Salah seorang Mantri Pengendalian Hama Penyakit, PT Indo Sawit Subur Asian Agri, Warjo mengatakan, waktu terbaik untuk melihat Tyto alba ketika matahari terbenam. ‘’Tempat terbuka kita bisa melihat dengan jelas burung hantu jenis Tyto alba pada malam hari. Kecendrungannya burung hantu ini berburu malam hari,’’ jelasnya kepada Riau Pos
Dari penuturan Warjo, burung hantu pemangsa tikus tersebut sangat cekatan dan tangkas dalam menangkap mangsanya. Burung itu merupakan spesialis dalam berburu mamalia tanah kecil, dan kebanyakan mangsanya berupa hewan pengerat kecil. Bila hewan ini dapat mangsa langsung dibawa ke kandangnya.
‘’Kebiasaan membawa mangsanya ke kandang dilakukan oleh jenis kelamin betina. Biasanya mangsa yang didapat seperti tikus diberikan untuk anaknya. Saya sendiri setiap membuka kandang burung hantu yang memang kita siapkan sering melihat bangkai tikus kecil,’’ ujarnya.
Di Negara Amerika, Eropa dan Negara besar lainnya, papar Warjo, burung hantu jenis ini banyak dimanfaatkan untuk mengendalikan hama tikus di perkebunan warga maupun daerah perumahan. ‘’Sama seperti perusahaan tempat saya bekerja sekarang ini. Burung hantu jenis Tyto alba sengaja kita kembangbiakan, untuk mengendalikan hama tikus,’’ ungkapnya.
Tyto alba, sambungnya, berbiak secara cepat sebagai respon terhadap populasi tikus. Burung hantu Tyto alba termasuk binatang berumah satu (monoceus) yang mengasuh anak-anaknya hinggadewasa. Setelah dewasa anak burung hantu akan pergi meninggalkan induknya untuk mencari pasangan dan sarang baru.
‘’Mengapa kita buat sarang untuk Tyto alba, agar hewan ini bisa berkembang biak dengan cepat. Semakin banyak anakannya, maka pengendelaian hama tikus bisa dilakukan dengan baik. Lebih efektif mempergunakan burung hantu daripada mempergunakan racun kimia pembasmi hama. Tidak mengganggu ekosistem alam,’’ ujarnya.
Manajer PT Indo Sawit Subur Asian Agri, Faisal menjelaskan, perusahaan mengembangkan pola pengendalian hama tikus dengan mempergunakan burung hantu sudah lama sekali. Pengembangbiakan burung hantu juga sangat cepat. Tertutama jenis Tyto alba yang berasal dari pegunungan Himalaya, India ini.
Daripada harus mempergunakan bahan kimia, menurut dia, bisa saja mengganggu ekosistim alam di areal perkebunan. Yang pastinya, bahan kimia bisa merusak dan membunuh serangga lain dilokasi pohon sawit. Belum lagi kondisi pohon yang terkena bahan kimia, sambungnya, bisa saja terjadi kerusakan dan proses pembuahan tidak bagus.
Burung hantu Tyto alba mampu berkembang biak dengan cepat dan mampu bertahan hidup selama 4,5 tahun. Satu burung hantu dalam sehari bisa memakan lebih dari Sembilan ekor tikus. Untuk satu kandang yang dibuat, terangnya, ada sepasang burung hantu jantan dan betina. Namun ada juga dari sarang yang dibuat ada anaknya.
Semakin banyak populasi tikus di areal perkebunan, sambungnya, bisa dikatakan populasi burung hantu Tyto alba berkembang biak dengan baik. ‘’Kita sengaja mempergunakan burung hantu dari pegunungan Himalaya ini untuk mengendalikan hama tikus. Lebih efisien dan tidak berdampak buruk pada lingkungan hidup,’’ ungkapnya.
Menurutnya, burung hantu Tyto alba jenis burung sangat indah. Namun, hewan ini merupakan predator paling bagus. Karena, cekatan, memikliki penglihatan, pendengaran bagus, serta tangkas dalam menyambar mangsanya saat berburu. ‘’Daya jelajahnya mencapai 25 hektar. Makanya setiap satu hektar lahan perkebunan sawit kita buat sarang burung hantu tersebut,’’ ungkapnya.
Dia berharap, walaupun burung hantu ini memiliki keindahan pada bulunya. Namun demikian, jangan sampai manusia memburunya. Pengembangbiakan burung hantu Tyto alaba sangat bagus untuk areal perkebunan. Melestarikannya, sama saja dengan membantu keseimbangan alam dan pengendalian hama tikus.***
Sorotan bola matanya berwarna hitam, tajam memandang ke depan. Cengkraman empat jari kakinya yang tajam menancap kuat di tunggul pohon sawit. Warna bulu sayap atas dan punggung berwarna abu-abu kekuningan, sayap bawah dan dada sampai perut berwarna putih berbintik hitam. Keindahan bulunya sangat indah menjadi daya tarik burung hantu yang berasal dari pegunungan Himalaya, India ini.
Burung ini memiliki ukuran tubuh relatif lebih besar daripada spesies burung hantu yang lain. Bentangan sayapnya mengalun kencang sebelum terbang. Kemampuan berburunya yang sangat tinggi, tangkas, cekatan. Daya penglihatan dan pendengarannya pada malam hari sangat tajam, mampu mendengar cicitan tikus yang berjarak 500 meter dari dirinya.
Di hamparan sawit milik PT Indo Sawit Subur Asian Agri burung predator ini menggantungkan hidup mereka. Memasuki kawasan perkebunan sawit milik perusahaan tersebut, sepanjang jalan, sebelah kiri dan kanan bisa dilihat pohon sawit setinggi 6-8 meter. Tiupan angin berlahan terasa menyapu kulit. Lambaian pelepah dan daun sawit tertiup angin menyambut kedatangan Riau Pos akhir pekan lalu, di lahan perusahaan tersebut.
Pada areal perkebunan itu burung buas (carnivora) yang termasuk species burung hantu familia Tytonidae berburu dimulai dari matahari terbenam hingga subuh hari. Burung yang kebanyakan hidup di areal hutan terbuka dan ditumbuhi pepohonan itu berburu mangsanya dari satu pohon ke pohon sawit lainnya.
Daya jelajahnya yang mencapai 25 hektare, hewan ini bisa terbang dengan ketinggian mencapai 20 meter dari permukaan tanah. Kebanyakan burung ini berburu dari suatu tenggeran, seperti dahan rendah, dan tunggul kayu. Burung itu akan menunggu mangsanya muncul, kemudian menyambarnya dengan sayap terbuka, kaki dijulurkan ke depan.
Tetapi ada juga beberapa jenis burung itu yang terlebih dahulu terbang melayang dari satu tenggeran ke tenggeran lain sebelum menangkap mangsa, sama seperti burung elang. Rentangan Ketajaman matanya yang mempunyai sinar infra merah mampu melihat jelas mangsanya pada malam hari. Bulunya mempunyai lapisan lilin membuat burung ini leluasa menerkam mangsanya.
Sangkar burung seperti rumah miniatur menjadi tempat tinggal hewan itu. Sangkar burung yang dirancang khusus ini menempel diatas tiang bendera. Namun bisa diturun dan naikan sangkar karena menggunakan katrol. Diareal perkebunan ini diperkirakan ada 200 ekor Tyto alba bergantung hidup. Tikus menjadi mangsa terbesar burung predator ini.
Salah seorang Mantri Pengendalian Hama Penyakit, PT Indo Sawit Subur Asian Agri, Warjo mengatakan, waktu terbaik untuk melihat Tyto alba ketika matahari terbenam. ‘’Tempat terbuka kita bisa melihat dengan jelas burung hantu jenis Tyto alba pada malam hari. Kecendrungannya burung hantu ini berburu malam hari,’’ jelasnya kepada Riau Pos
Dari penuturan Warjo, burung hantu pemangsa tikus tersebut sangat cekatan dan tangkas dalam menangkap mangsanya. Burung itu merupakan spesialis dalam berburu mamalia tanah kecil, dan kebanyakan mangsanya berupa hewan pengerat kecil. Bila hewan ini dapat mangsa langsung dibawa ke kandangnya.
‘’Kebiasaan membawa mangsanya ke kandang dilakukan oleh jenis kelamin betina. Biasanya mangsa yang didapat seperti tikus diberikan untuk anaknya. Saya sendiri setiap membuka kandang burung hantu yang memang kita siapkan sering melihat bangkai tikus kecil,’’ ujarnya.
Di Negara Amerika, Eropa dan Negara besar lainnya, papar Warjo, burung hantu jenis ini banyak dimanfaatkan untuk mengendalikan hama tikus di perkebunan warga maupun daerah perumahan. ‘’Sama seperti perusahaan tempat saya bekerja sekarang ini. Burung hantu jenis Tyto alba sengaja kita kembangbiakan, untuk mengendalikan hama tikus,’’ ungkapnya.
Tyto alba, sambungnya, berbiak secara cepat sebagai respon terhadap populasi tikus. Burung hantu Tyto alba termasuk binatang berumah satu (monoceus) yang mengasuh anak-anaknya hinggadewasa. Setelah dewasa anak burung hantu akan pergi meninggalkan induknya untuk mencari pasangan dan sarang baru.
‘’Mengapa kita buat sarang untuk Tyto alba, agar hewan ini bisa berkembang biak dengan cepat. Semakin banyak anakannya, maka pengendelaian hama tikus bisa dilakukan dengan baik. Lebih efektif mempergunakan burung hantu daripada mempergunakan racun kimia pembasmi hama. Tidak mengganggu ekosistem alam,’’ ujarnya.
Manajer PT Indo Sawit Subur Asian Agri, Faisal menjelaskan, perusahaan mengembangkan pola pengendalian hama tikus dengan mempergunakan burung hantu sudah lama sekali. Pengembangbiakan burung hantu juga sangat cepat. Tertutama jenis Tyto alba yang berasal dari pegunungan Himalaya, India ini.
Daripada harus mempergunakan bahan kimia, menurut dia, bisa saja mengganggu ekosistim alam di areal perkebunan. Yang pastinya, bahan kimia bisa merusak dan membunuh serangga lain dilokasi pohon sawit. Belum lagi kondisi pohon yang terkena bahan kimia, sambungnya, bisa saja terjadi kerusakan dan proses pembuahan tidak bagus.
Burung hantu Tyto alba mampu berkembang biak dengan cepat dan mampu bertahan hidup selama 4,5 tahun. Satu burung hantu dalam sehari bisa memakan lebih dari Sembilan ekor tikus. Untuk satu kandang yang dibuat, terangnya, ada sepasang burung hantu jantan dan betina. Namun ada juga dari sarang yang dibuat ada anaknya.
Semakin banyak populasi tikus di areal perkebunan, sambungnya, bisa dikatakan populasi burung hantu Tyto alba berkembang biak dengan baik. ‘’Kita sengaja mempergunakan burung hantu dari pegunungan Himalaya ini untuk mengendalikan hama tikus. Lebih efisien dan tidak berdampak buruk pada lingkungan hidup,’’ ungkapnya.
Menurutnya, burung hantu Tyto alba jenis burung sangat indah. Namun, hewan ini merupakan predator paling bagus. Karena, cekatan, memikliki penglihatan, pendengaran bagus, serta tangkas dalam menyambar mangsanya saat berburu. ‘’Daya jelajahnya mencapai 25 hektar. Makanya setiap satu hektar lahan perkebunan sawit kita buat sarang burung hantu tersebut,’’ ungkapnya.
Dia berharap, walaupun burung hantu ini memiliki keindahan pada bulunya. Namun demikian, jangan sampai manusia memburunya. Pengembangbiakan burung hantu Tyto alaba sangat bagus untuk areal perkebunan. Melestarikannya, sama saja dengan membantu keseimbangan alam dan pengendalian hama tikus.***
0 komentar:
Posting Komentar