Blogger Tricks


0

The Young Hero: Si penyelamat Lingkungan

Riau Pos - For Us Rabu, 30 November 2011


 
            Teman-teman semuanya. Perkenalkan, nama saya Laili Khairani. Di rumah saya biasa dipanggil dengan panggilan Lili. Sekarang saya sekolah di SD Pandau Permai, kelas 1 SD. Di rumah saya senang sekali membantu mama membersihkan rumah. Mama juga selalu berpesan untuk buang sampah pada tempatnya. Saya selalu ingat pesan mama tersebut, jadi setiap ada sampah saya akan berusaha untuk membuang pada tempatnya. Dengan begitu, lingkungan rumah menjadi lebih bersih. Bukan hanya di rumah, di sekolahpun saya juga selalu berusaha menjaga kebersihan lingkunga, minimal kebersihan kelas. Dan, saya juga tidak manja kalau disuruh ibu guru untuk membersihkan kelas pada saat giliran piket.***
0

The Young Hero: Mendaur Ulang

Riau Pos - For Us




Perkenalkan nama saya Marziah Ustna, biasa dipanggil dengan panggilan Diah. Saya lahir di Padang tanggal 20 Februari 2000. Sekarang saya sekolah di SD 041 Taskurun Pekanbaru, kelas 5 SD.
Di sekolah saya diajari cara mendaur ulang barang bekas menjadi barang-barang yang bermutu. Sehingga bisa mengurangi sampah yang ada di sekolah. Selain itu saya dan teman-teman juga diajari untuk selalu menjaga kebersihan dan kerapian. Saya sangat senang sekali mengikuti kegiatan mendaur ulang tersebut.
0

The Young Hero: Menanam Bunga di Taman

Riau Pos - For Us Selasa, 29 November 2011



Sahabat, perkenalkan nama saya Juli Erpina. Saya lahir di Pekanbaru pada tanggal 27 Juli 1999. Dan sekarang saya bersekolah di SD 030 Panam, kelas 5. Saya suka sekali menanam bunga, karena bunga itu cantik. Selain itu bunga juga bisa membuat lingkungan rumah saya menjadi lebih asri.
Saya akan sedih kalau ada yang mengambil bunga itu tanpa minta izin kepada saya. Setiap sore saya suka menyiramnya. Saya berharap bunga-bunga yang saya tanam bisa terus tumbuh dan menghasilkan banyak bunga lainnya.
0

The Young Hero: Buang Sampah Harus pada Tempatnya

Riau Pos - For Us



Teman-teman nama saya Khairiady Habibi. Saya lahir pada tanggal 14 Januari 2001 di Pekanbaru. Sekarang saya sekolah di SD Babussalam kelas 4. Saya sangat suka bermain dengan teman-teman dan ketika istirahat di sekolah kami terkadang jajan di kantin.
Dan kami sering jajan makanan yang mempunyai bungkus plastik,  saya selalu sebel jika melihat orang membuang sampah plastik itu sembarangan. Karena menurut saya seharusnya sampah itu harus dibuang pada tempatnya, jadi marilah kita buang sampah pada tempatnya.
0

The Young Hero: Seni Menjaga Lingkungan.

Riau Pos - For Us



HALLO teman-teman sebaya, nama saya Rolina Dwi Sinta, berumur 10 tahun, sekarang kelas V di SD 008 Pekanbaru. Ini foto saya ketika mengikuti perlombaan seni tingkat SD di Pekanbaru. Saya senang mengikuti berbagai kegiatan seni, apalagi seni melayu. Setiap kali akan mengikuti acara, saya selalu membawa bekal. Bisa air minum atau makan siang. Sebab dengan begitu saya tidak perlu repot-repot lagi mencari jajan. Apalagi dengan membawa bekal tersebut saya sekaligus menjaga lingkungan dari sampah bungkus plastik sisa jajan.***
0

The Young Hero: Matikan Power PS

Riau Pos - For Us



HAI teman-teman, kenalkan nama saya Yutni Alfarizi. Saya kelas 1 Ar Rozaq di SD Bintang Cendikia. Saya berumur enam tahun. Teman-teman, saya suka sekali bermain Play Station (PS). Saya bermain PS satu sampai dua jam perhari. Namun ketika ujian atau ulangan kelas, saya tidak bermain PS karena harus belajar. Disini saya ingin berbagi pengalaman dengan teman-teman, tentang cara saya menghemat listrik di rumah. Karena saya hobi main PS, jadi saya ingin selalu power PS saya stanbay, tapi kata mama itu tidak boleh. Sebab tombol powernya harus dimatikan dengan menekan langsung tombol power yang ada, agar listrik tidak mengalir terus dan tidak terjadi pemborosan. Jadi setiap habis bermain, saya selalu mematikan power PS.***
0

The Young Hero: Pagi Bersih

Riau Pos - For Us



Nama saya Muhammad Darma Putra Yudha. Umur saya 6 Tahun, Saat ini saya duduk di Kelas 1 SDN 042 Tampan, Pekanbaru. Saya anak pertama dari dua bersaudara. Teman-teman, saya sangat senang sekali dengan kegiatan “pagi bersih” di sekolah. Kegiatan ini adalah memungut sampah-sampah kecil sebelum masuk ke kelas di pagi hari, misalnya bungkus permen. Sebab walaupun kecil, kalau sudah banyak, sampah itu tetap merusak lingkungan. Ibu guru akan memandu dan menertipkan kami agar tidak ada yang malas memungut sampah tersebut. Ini merupakan cara saya dan teman-teman lainnya di sekolah untuk menjaga lingkungan sekolah kami agar tetap bersih.
0

The Young Hero: Aktifitas di Alam

Riau Pos - For Us



Hallo teman-teman, nama saya Vilandra Oktavia, Umur saya 9 Tahun. Saya adalah siswa kelas 2 di SD An-namiroh Pekanbaru. Saya sangat senang dengan kegiatan-kegiatan aktif di alam seperti outbond, sebab kegiatan outbond dapat mengajari kita untuk mencintai alam dan mengerti pentingnya alam bagi kehidupan kita. Misalnya saja, ketika kita ingin naik flying fox, jika tidak ada pohon-pohon yang tinggi dan rindang, tali dan peralatan lainnya akan di gantung dimana? Iya kan? Saya juga aktif di Pramuka sekolah, lho. Di ke Pramukaan saya juga mempelajari banyak hal tentang alam. Sebab salah satu tugas seorang pramuka adalah menjaga lingkungan agar tetap asri.
0

The Young Hero: Jagoan Lingkungan Sekolah

Riau Pos - For Us



Nama saya Renaldi Nur Ilahi, saya adalah siswa Kelas empat di SDN 042 Tampan, umur saya 10 tahun. Saya adalah anak yang gemar menanam pepohonan dan tumbuhan obat-obatan. Tidak hanya menanam saya juga membantu mama saya untuk membersihkan pekarangan rumah. Di sekolah saya juga suka dengan pelajaran mengenai lingkungan. Seperti mengenal jenis tanaman, serta manfaat dari masing-masing tanaman yang di pelajari. Cara aya menyelamat kan bumi adalah dengan selalu mencintai dan melestarikan lingkungan yang ada, seperti: membuang sampah pada tempat nya, tidak memakai produk plastik yang berlebihan, menanam pepohonan serta berjalan kaki jika pergi ke sekolah. Pesan saya kepada teman teman adalah jagan membuang sampah sembarangan. Dan mari menanam pepohonan untuk melestarikan Bumi
0

The Young Hero: Pecinta Lingkungan yang gemar Menanam

Riau Pos - For Us

Pecinta Lingkungan yang gemar Menanam 


Hai sobat semua nya, Nama saya Aviva Indah Lestari saat ini saya duduk di bangku kelas Lima SDN 042 Tampan umur saya 11 tahun. saya adalah anak yang suka menanam, di sekolah saya, saya dan ibu guru menanam tanaman sayur-sayuran  seperti : cabai, kangkung,bayam dan sayuran lain nya.saya juga suka menanam tanaman penhijau seperti: pohon beringin dan Pohon akasia, cara saya menyelamatkan bumi adalah dengan tidak menebang pohon-pohon yang ada sebagai resapan air, sebab jika pohon resapan air tidak ada, akan dapat menyebabkan banjir.saya selalu menghemat pemakaian energi listrik seperti: tidak meghidupkan lampu di siang hari dan menghemat air.saya sangat senang melstarikan lingkungan karena lingkungan masa depan kita.
0

The Young Hero: Merawat Tanaman Bunga Sekolah

Riau Pos - For Us
Merawat Tanaman Bunga Sekolah



Saya bernama Wahyutika. Saat ini saya merupakan siswa SD Negeri 06 Sukajadi, Pekanbaru. Saya berumur  sebelas tahun dan duduk di kelas Enam C. Sebentar lagi saya akan mengikuti ujian akhir nasional (UN) untuk siswa sekolah dasar. Jadi saya harus rajin belajar. Biarpun begitu di sekolah saya dan teman-teman rajin juga merawat tanaman di tanam sekolah kami. Salah satu kegiatan yang selalu kami lakukan secara bergantian adalah menyiram bunga-bunga di taman sekolah. Saya dan teman-teman setiap hari bergantian piket untuk menyapu lantai, mengepel, menbersihkan jendela kaca dan menyiram bunga. Di sekolah saya punya tanaman bunga, seperti mawar, melati, kasturi, pohon jeruk sankis, kendodong mini, ketapang, ekortupai, herbia dan banyak lagi tanaman yang lain.
0

The Young Hero: Buang Sampah di Tempatnya

Riau Pos - For Us
Buang Sampah di Tempatnya 


Nama saya  Aisyah. Biasanya teman-teman memanggil saya icha. Saya sekolah di SD Negeri 005 Bukit Raya, Pekanbaru. Sehari-hari saya menjaga lingkungan dengan melakukan hal-hal kecil seperti membuang sampah sembarangan. Sampah yang dibuang biasanya dari jajanan berbungkus yang biasa dibeli. Sampah berbungkus kalau dibuang sembarangan bisa mengotori lingkungan. Selain itu, icha selalu membawa bekal ke sekolah. Sebab, kata ibu jajanan itu belum tentu bersih. Icha juga sering mengajak teman-teman yang lain bawa bekal ke sekolah, dan selalu rajin piket membersihkan kelas. Kalau ada teman Icha yang buang sampah sembarangan, Icha tegur dan meyuruh dia buang sampah ditempat sampah.
0

The Young Hero: Kartun Doraemon

Riau Pos - For Us
Kartun Doraemon



Hai teman-teman, perkenalkan nama saya Ihsan Wahyudi. Di rumah biasa dipanggil dengan panggilan Ihsan. Saya lahir di Payakumbuh, 22 Desember 2000. Oh iya, saya tinggal di Jalan Bahana Tangkerang Tengah. Sekarang saya sekolah di SDN 014 Taskurun, Kelas empat.
Teman-teman saya suka sekali nonton film kartun. Terutama doraemon. Di dalam film ini ditampilkan keindahan alam di Jepang. Apalagi Nobita dan teman-temannya selalu bermain di taman di luar rumah yang bebas dari polusi. Hal ini membuat saya juga selalu ingat dengan alam Indonesia yang luar biasa indahnya. Jadi, mari kita syukuri keindahan alam negeri kita ini. salam dari saya!
0

The Young Hero: Go Diego Go

Riau Pos - For Us
Go Diego Go


Hi, teman-teman, kenalkan namaku Delviana Apriani Y.  aku sekarang sekolah di SD Negeri 013 Bukit Raya, kelas enam. Sebentar lagi aku akan melanjutkan ke SMP Favoritku, doakan aku ya! Oh iya, 12 tahun yang lalu di Jakarta, tepatnya bulan 4 April 1999, aku dilahirkan.
Teman-teman, yang paling menginspirasi saya tentang lingkungan adalah Diego, jangan heran dulu, Diego itu adalah film anak-anak, yang bercerita tentang petualanganya di alam, khususnya untuk hewan. Aku jadi banyak tahu tentang hewan dari film tersebut. Dan, ternyata banyak hewan-hewan yang sudah langka akibat perburuan manusia. Jadi aku ingin menjadi ahli tentang hewan, seperti Diego.
0

The Young Hero: Anak Mama Pecinta Lingkungan

Riau Pos - For Us
Anak Mama Pecinta Lingkungan

SAYA adalah Wulan Oktaviani. Umur baru sepuluh tahun. Sekarang saya duduk di bangku kelas tiga SD Negeri 042 Tampan. Di sekolah saya diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya. Saya mengikuti kegiatan penanaman bunga dan tumbuhan obat-obatan seperti sirih merah dan lidah buaya. Kami di sekolah mengadakan kegiatan pagi bersih setiap hari senin. Serta cuci tangan sebelum belajar dan sebelum makan di kantin. Kami juga di ajurkan oleh ibu guru untuk tidak memetik tanaman yang ada. Di rumah saya sering membantu orang tua saya untuk membersihkan pekarangan rumah agar terlihat hijau dan bersih. Saya  sangat senang menanam pohon. Cintailah lingkungan untuk hidup kita.***

0

Info Cagar Biosfer: Buaya Muara di Distrik Bukit Batu

Riau Pos - For Us Senin, 28 November 2011
Buaya Muara di Distrik Bukit Batu



Berawal pada tahun 2007 ditemukan buaya ukuran dewasa di lingkungan kanal distrik humus, terjebak masuk dalam ponton besi yang terisi air hujan mengakibatkan permukaan air dengan ponton besi sama rata sehingga buaya terjebak kemudian dilakukan penangkapan oleh pawang setempat dan dibawa untuk dikarantina. Menurut informasi buaya pelihara pawang tersebut mati penyebab kematian belum teridentifikasi, kemudian pada tahun 2008 ditemukan buaya ukuran dewasa di sekitaran parit dekat pemukiman karyawan ditemukan ketika sedang mengintai mangsa kambing milik penghuni mess karyawan, melihat pengalaman sebelumnya pihak perusahaan berinisiatif melakukan penangkapan dan segera melakukan pelepasan ke habitat aslinya di hulu sungai bukit batu, dan pada akhir 2009 ditemukan kembali 3 ekor anak buaya berukuran <1 meter diperkirakan buaya tesebut merupakan generasi dari induk buaya yang tertangkap pada tahun 2008 hingga saat ini masih dalam pengawasan di kolam karantina. Dan jika melihat kronologis kejadian tersebut ada beberapa indikator yang menyebabkan buaya keluar dari habitat aslinya yaitu Ekologi, yang mempengaruhi prilaku dan pakan dari buaya.
Hewan predator memiliki naluri memburu atau indra penciuman mencari mangsa, dengan radius cukup jauh hidup untuk mencari mangsa dimana ketersediaan pakannya terpenuhi. Pada musim kawin dan bertelur buaya dapat menjadi sangat agresif dan mudah menyerang manusia atau hewan lain yang mendekat. Di musim bertelur buaya amat buas menjaga sarang dan telur-telurnya. Induk buaya betina umumnya menyimpan telur-telurnya dengan dibenamkan di bawah gundukan tanah atau pasir bercampur dengan serasah dedaunan. Induk tersebut Kemudian menungguinya dari jarak sekitar Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah lainnya. Makanan utama buaya adalah hewan bertulang belakang seperti bangsa ikan, reptil dan mamalia, terkadang juga memangsa moluska dan krustasea bergantung pada spesiesnya. Jika melihat kondisi kanal yg ada di perusahaan memberikan sumber protein cukup, penyebab buaya keluar dari habitatnya kemungkinan ketersedian pakan di alam tidak mencukupi, pasang surut air berpengaruh terhadap ketersedian ikan tidak seperti kanal perubahan tinggi muka air tidak terlalu signifikan kondisi ini cocok untuk perkembangbiakan ikan. Buaya akan mencari tempat dmana keberadaan pakan berlimpah dan lingkungan yang tenang untuk berkembang biak, terbukti penangkapan buaya pada tahun 2008 disertai penemuan sarang dan telur yang sudah menetas 2 meter.
Seperti yang diketahui, area bukit batu merupakan konsesi lahan gambut dimana sistem kanalisasi diaplikasikan untuk kegiatan operasional, setiap kanal memiliki jalur akses yangg saling berhubungan, sebagai contoh didalam hutan lindung terdapat anak sungai merupakan inlet dari sungai bukit batu hal ini yang mengindikasikan akses tersebut dijadikan sebagai pintu masuk oleh buaya untuk mencari makan dan tempat baru untuk berkembang biak. Karakteristik sungai bukit batu merupakan salah satu habitat yang cocok bagi buaya muara, dengan vegetasi dan tasik atau danau yang biasa digunakan buaya untuk berkembang biak, namun kondisi saat ini aktifitas jalur sungai sering dilalui oleh jalur pompong untuk berbagai kegiatan antara lain, nelayan sungai dan pengangkut kayu illegal, kondisi ini dapat mempengaruhi habitat buaya, karena buaya mencari tempat tinggal yang lebih tenang jauh dari jangkauan aktifitas masyarakat, tidak seperti di kanal akses digunakan dimana ada kegiatan operasional saja. Kemungkinan buaya menggunakan kanal - kanal yang jarang dilalui, kondisi seperti ini yang digunakan buaya untuk mencari kenyamanan berkembang biak dan merupakan  lokasi sumber pakan. Dengan hal tersebut pengawasan yang kuat akan terus dilakukan agar buaya tetap berada pada habitat aslinya. Berdasarkan data-data mengenai penemuan buaya muara tersebut akan dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui keberadaan buaya muara saat ini.(pia-gsj)
0

Info Cagar Biosfer: Mengenal Tasik Betung

Riau Pos - For Us
Mengenal Tasik Betung



Keindahan panorama alam yang membentang sejauh mata memandang menjadikan kawasan Tasik Betung yang berada di zona inti Giam Siak Kecil-Bukit Batu sebagai objek alam yang luar biasa. Bagi kita yang sibuk dengan ramainya kota, mungkin sangat asing mendengar Danau Air Hitam Tasik Betung. Bagaimana tidak, kawasan danau ini berada tepat di zona inti GSK-BB, yang bila ditempuh melalui jalur darat akan memakan waktu selama 4 jam agar kita dapat menikmati keindahannya.
Selain berfungsi sebagai menyerap air, danau tersebut juga memiliki banyak manfaat. Masyarakat yang tinggal di kawasan Tasik Betung biasa menggunakan air danau tersebut untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci pakaian dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, aktifitas masyarakatnya juga bergantung pada danau air hitam itu. Memanfaatkan hasil alam dengan menjadikan danau tersebut sebagai sumber mata pencaharian mereka. Sebagian masyarakat yang berada disana bekerja sebagai nelayan. Aktifitas nelayan mereka didukung oleh alat yang sangat sederhana yaitu lukah. Lukah adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari bambu. Dan bambu itu sendiri berasal dari kekayaan hutan yang mereka tinggali.
Tempat tinggal mereka pun juga dibangun dengan menggunakan hasil alam. Yang terbuat dari kayu yang berasal dari hutan. Berjalan sedikit curam kebawah akan mengantarkan kita ke tepian danau air hitam tersebut. Apabila sore hari, anak-anak yang tinggal di kawasan Tasik Betung menghabiskan waktu sore mandi bersama teman-teman sekolahnya.
Kekayaan hasil alam yang ada di danau air hitam tidak bisa terhitung banyaknya. Salah satu yang bisa kita jumpai adalah ikan gembung. Dan masih banyak lagi ikan jenis lainnya.
Menghabiskan waktu liburan di kawasan Tasik Betung adalah plihan yang pas. Sebab, selain menambah wawasan kita juga dapat lebih dekat dengan cagar biosfer ke tujuh di Indonesia ini. kawasan zona inti yang memiliki luas 178.722 haktare ini merupakan kawasan lindung lahan gambut. Jadi, selain menikmati indahnya danau air hitam, kita juga bisa melihat secara langsung betapa luasnya ladang gambut disepanjang perjalanan.
Keramahan masyarakat yang berada di Desa Kampung Baru tersebut menggambarkan dedikasi mereka yang bersahabat dengan alam. Karena kelangsungan hidup mereka bergantung pada alam. Ada yang unik dari cara mereka yang menggunakan logat melayu. Dan yang menjadi ciri khas adalah masakan mereka, jika kita mencicipi masakan yang mereka hidangkan, kita seakan berada pada suatu restauran yang penuh rempah-rempah. Sajian masakan mereka terasa unik dan nikmat dengan sajian bumbu rempah yang bersumber dari alam. Hal itu menggambarkan bahwa banyak sekali manfaat alam bagi manusia.
Tanpa kita sadari, warisan alam Riau ini sangat berperan penting demi masa depan kita. Bagaimana tidak? Bisa kita bayangkan jika kita hidup diatas bumi ini tanpa ada satupun pohon. Maka keadaan akan terasa panas, gerah dan tidak hanya itu saja, bencana yang terjadi seperti banjir kerap datang silih berganti.
Hal tersebut disebabkan karena kurangnya animo kita untuk sadar akan peran penting lingkungan bagi kita sendiri. Seperti halnya hutan rawa gambut yang alami, kawasan Tasik Betung masih butuh perhatian dari kita. Sebab, keletariannya bergantung pada kita bagaimana menjaganya. Ia akan terus tumbuh dan berkembang, tetapi jika tidak diimbangi dengan kesadaran kita untuk menjaganya, kesuburannya tidak akan bertahan lama.
Panorama alam yang membentang di tepian danau air hitam, akan memberikan sejuta inspirasi bagi kita. Karena sentuhan kedekatan jiwa dengan alam lah yang akan memberikan nuansa mencintai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Bagi sebagaian orang mungkin tidak penting berwisata alam. Tetapi, cobalah kita sejenak menyempatkan waktu ke danau air hitam di kawasan zona inti cagar biosfer ini maka Anda akan tahu bahwa tidak rugi dan tidak membuang-buang waktu. Jika dibandingkan dengan kawasan gambut yang kita ketahui, di cagar biosfer inilah yang memiliki lahan gambut terbaik. Selain kondisinya yang sangat alami, lokasinya juga strategis dan mudah untuk menginjakkan kaki disana.
Memang yang menjadi keunikan di Tasik Betung ini adalah danau air hitamnya. Tetapi satu kali melangkah, dua, tiga pulau terlewati. Selain menimati indahnya danau air hitam, kita juga bisa sekalian menikmati lahan gambut yang mungkin selama ini kita hanya melihatnya melalui situs media.
Keunikkan sebuah daerah terdapat pada kondisinya yang alami. Menjaga kawasan danau air hitam agar tetap alami merupakan tugas kita bersama. Paling tidak dengan inisiatif kita yang ingin tahu lebih jauh tentang danau tersebut akan membuat kita belajar bagaimana mencintai lingkungan.(pia-gsj)


0

Info Cagar Biosfer: Serindit Penghuni GSK-BB

Riau Pos - For Us
Serindit Penghuni GSK-BB 



Ekosistem hutan merupakan rumah bagi berbagai jenis makhluk hidup penghuni palanet bumi ini. Namun kondisi jumlah areal hutan yang semakin menurun dapat mengancam keselamatan poulasi berbagai jenis satwa yang menghuni ekosistem tersebut. Perduli, menjaga dan melestarikan adalah cara yang sebaiknya dilakukan agar alam dapat diwariskan untuk generasi dimasa depan. Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB), salah satu ekosistem hutan yang masih tersisa. Cagar biosfer yang memiliki luas 178.722 hektar ini masih menyimpan berbagai keunikan satwa yang eksotis.
Salah satu jenis spesies burung yang menghuni di GSK-BB adalah Serindit Melayu atau Loriculus galgulus. Burung ini berukuran kecil, dengan panjang mencapai 12 cm, berekor pendek dan berparuh-bengkok. Bulunya didominasi oleh warna hijau dengan sebagian bulu ekor dan leher berwarna merah. Walaupun ada perbedaan, burung jantan dan betina hampir serupa. Burung serindit jantan memiliki bercak kepala bagai mahkota berwarna biru dan bercak tenggorokan berwarna merah, warna secara keseluruhan lebih cerah dan bersih. Burung betina berwarna lebih kusam dibanding jantan.
Habitat dan populasi Serindit Melayu tersebar di hutan dataran rendah, dari permukaan laut sampai ketinggian 1,300m di Asia Tenggara. Memiliki area habitat untuk hidup dan mencari makan hingga radius 1.410.000 Km persegi.
Meskipun belum terdaftar dalam kategori ke dalam daftar satwa yang terancam punah, namun jika tidak serius dalam menjaga kelestarian hutan dan isinya tentunya dalam hitungan waktu, satwa yang menjadi maskot Riau ini akan terancam punah. Oleh karena itu dengan keutuhan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSKBB) Riau diharapkan serindit terus ada. (diah-gsj)
0

Info Cagar Biosfer: Cagar Biosfer GSK-BB Provinsi Riau

Riau Pos - For Us
Cagar Biosfer GSK-BB Provinsi Riau


Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (CB-GSKBB) merupakan cagar biosfer pertama di Riau. Menyatukan dua kawasan konservasi, yaitu Giam Siak Kecil dan Bukit Batu. Cagar biosfer ini telah menjadi warisan Riau untuk dunia. Namun sejauh mana Anda mengetahui keberadaan CB GSKBB tersebut?
Jika jawabanya belum banyak atau bahkan masih ada yang belum tahu sama sekali tentang Cagar Biosfer GSK-BB, wah, sayang sekali. Padahal UNESCO telah menetapkan Cagar Biosfer ini sebagai bagian dari warisan alam dunia, dan terletak di Riau, pasti sebagai orang Riau, ini menjadi kebanggaan kita. Namun, jika tidak tahu sama sekali wah, sebagai masyarakat Riau, harusnya kita malu.
Namun, tidak perlu khawatir sebab saat ini CB GSKBB sudah hadir dalam bentuk online, sekarang kita bisa tinggal membuka blog mengenai cagar biosfer ini, dengan alamat blog:
            Dalam blog ini, kita bisa mengetahui cagar biosfer ini lebih banyak lagi. Mulai dari lahirnya Cagar Biosfer GSK-BB, kekayaan alam yang terdapat di dalamnya dan kronologis pembentukannya hingga menjadi cagar biosfer. Pada blog ini juga kunjungan-kunjungan dan penelitian-penelitian dari berbagai pihak baik dari dalam maupun luar negeri. Selain itu, blog ini juga memberikan informasi kepada kita tentang perkembangan-perkembangan terbaru seputar cagar biosfer GSK-BB.
            Jadi tunggu apa lagi? Jangan sampai kita sebagai masyarakat Riau masih belum tahu mengenai kekayaan alam yang luar biasa ini. Setiap kita pada hakekatnya adalah seorang duta. Melalui blog ini, Informasi yang kita ketahui sebaiknya segera disebarkan dan diberikan kepada orang lain. Hingga nantinya cagar biosfer GSK-BB ini nantinya menjadi dikenal, menjadi salah satu identitas kita sebagai masyakat Riau yang membanggakan. (Roby Anggriawan/gsa)

0

Info Cagar Biosfer: Cagar Biosfer Itu Bernama Giam Siak Kecil – Bukit Batu

Riau Pos - For Us
Cagar Biosfer Itu Bernama Giam Siak Kecil – Bukit Batu



Suatu tempat yang letaknya tak jauh dari garis khatulistiwa. Bentangan hutan perawan dari sedikit yang tersisa di permukaan Bumi. Selama ribuan tahun cuaca dan iklim telah membentuknya. Menyisakan pemandangan yang purbawi sebagaimana hutan pada mulanya, sebelum peradaban mengubahnya. Dan bentangan hutan ini adalah bentangan hutan dataran rendah yang khas. Setiap helai daun, setiap batang ranting berjatuhan ke lantai hutan bercampur dengan fosil dan jasad renik bertumpuk lapis demi lapis membentuk hutan rawa gambut yang unik. Selain menyimpan stok karbon yang paling tinggi, hutan ini merupakan gudang keanekaragaman hayati. Penelitian oleh WWF (World Wide Fund For Nature) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2003, menunjukkan di dalam blok hutan seluas 0.2 hektare terdapat sedikitnya 215 jenis tumbuhan berbunga.
Data dan fakta tentang kawasan hutan yang terletak di antara Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak ini semakin menebalkan semangat para peneliti dan kelompok pelestari. Artinya Sumatera khususnya Riau masih memberikan harapan untuk menerapkan konsep-konsep pelestarian. Hutan yang menyumbangkan warna hijau yang tebal dan acak itu berada di dalam dua kawasan lindung rawa gambut, Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil dan Bukit Batu. Warna hijau itu terpisahkan oleh warna hijau yang memuda, kawasan hutan produksi yang kemudian ditetapkan menjadi kawasan pelestarian oleh Sinarmas Forestry.
Ketiga kawasan, Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil, Suaka Margasatwa Bukit Batu, dan kawasan konsesi perhutanan Sinarmas Forestry, bila digabungkan akan membentuk hamparan hutan seluas 178.722 hektare atau kira-kira 2,7 kali luas Provinsi DKI Jakarta. Upaya sekecil apapun untuk mengkonservasi dan menghindari deforestasi hutan rawa gambut akan sangat berarti, walaupun pengalaman menunjukkan bahwa pengelolaan kawasan konservasi tidaklah mudah. Oleh karena itu perlu pendekatan yang tepat untuk pengelolaan SM Giam Siak Kecil dan SM Bukit Batu. Pengembangan kedua SM dan areal sekitarnya sebagai Cagar Biosfer dipandang merupakan pendekataan pengelolaan yang paling tepat. Pada tahun 2006, Sinarmas Forestry mengusulkan gabungan ketiga kawasan tersebut kepada pemerintah untuk menjadi Cagar Biosfer di Provinsi Riau.
Setelah melalui proses panjang, akhirnya Cagar Biosfer Giam Siak Kecil - Bukit Batu ditetapkan dalam sidang MAB (Man and the Biosphere) - UNESCO di Jeju, Korea Selatan, 26 Mei 2009 lalu. GSK-BB adalah satu dari 22 lokasi yang diusulkan 17 negara yang diterima sebagai cagar biosfer.
Tahun ini adalah tahun kedua setelah penetapan Giam Siak Kecil – Bukit Batu menjadi cagar biosfer, masih banyak yang harus dilakukan. Ini menjadi pekerjaan rumah bersama, pengelolaan kawasan harus dilakukan bersama antara pemerintah, swasta, dan komunitas sesuai dengan area yang dikelolanya dan kompetensinya. Status cagar biosfer bukan merupakan tujuan akhir, melainkan awal dari kerja besar yang menanti. (risky ade maisal)
0

Info Cagar Biosfer: Lomba Menulis GSK-BB

Riau Pos - For Us
Lomba Menulis GSK-BB


Nature at Your Service (Alam Siap Melayani Anda), itulah tema hari Lingkungan Hidup Sedunia 2011 yang telah ditetapkan oleh PBB. Dari tema itu terungkap jelas sebuah makna bahwa alam itu akan melayani kita. Tidak bisa dipungkiri kenyataan ini memang benar adanya. Namun tetap harus ada keseimbangan antara manusia dan alam. Tidak selamnya alam melayani manusia, harus seiring dengan manusia menjaga alam. Itulah yang lebih tepat.
Berbicara hari Lingkungan Hidup Sedunia artinya  berbicara tetang apa yang sudah kita lakukan untuk menjaga lingkungan. Sebenarnya ada banyak cara untuk melakukan kegiatan positif yang menunjukkan kepedulian dengan lingkungan. Peduli lingkungan tidak selamnya harus menanam pohon atau membersihkan lingkungan. Yang terpenting adalah lakukan hal yang kita suka namun bernilai bagi lingkungan. Seperti bagi yang suka membaca dan menulis tentang lingkungan adalah termasuk kegiatan peduli lingkungan, lho. Karena mempelajari ilmu tentang lingkungan itu sendiri penting.
Bagi Anda yang masih bingung mencari kegiatan apa yang ingin Anda lakukan untuk momen lima Juni mendatang, ada kabar gembira. Duta Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu atau sering disingkat Duta Cagar Biosfer GSKBB, dengan dukungan dari Sinarmas dan Yayasan SEFo, akan menyelenggarakan kegiatan lomba penulisan karya ilmiah/artikel se-Riau. Ada banyak hal yang belum tertuliskan tentang salah satu kekayaan alam Riau tersebut. Tentang hutan gambutnya, tentang Tasik Betung, tentang permasalahan perambahan di kawasan Cagar Biosfer GSKBB, tentang masyarakatnya, dan lain sebagianya menjadi menarik untuk kita ketahui kemudian kita tuliskan.
Kegiatan ini akan segara dipublikasikan, salah satunya dari webblog resmi GSKBB yaitu http://gskbb.blogspot.com. Bagi teman-teman yang ingin tahu informasinya sering-sering berkunjung ke blog tersebut. Risky sebagai Duta Cagar Biosfer GSKBB mengatakan, “Semoga dengan kegiatan yang akan kami laksanakan ini membuat generasi muda yang ada di Riau lebih tertarik untuk mengetahui, mempelajari, dan melestarikan Cagar Biosfer GSKBB”. (risky-gsj)
0

Info Cagar Biosfer: Zona Inti GSK-BB pun Pernah di Rambah

Riau Pos - For Us
Zona Inti GSK-BB pun Pernah di Rambah




Selain menyimpan pesona keanekaragaman hayati tumbuh-tumbuhan dan hewan, ternyata di Zona Inti (Core Zone) Cagar Biosfer Giam Siak Kecil (GSK-BB) juga tinggal 107 kepala keluarga. Mereka menggantungkan hidup dari kekayaan alam yang terdapat di kawasan tersebut. Akankah kebutuhan ekonomi dan keharusan untuk menjaga kelestarian alam akan berjalan selaras di kawasan ini?

Awal Pekan kedua di bulan Mei (9/5) merupakan hari yang cerah untuk melakukan perjalanan sejauh empat jam Pekanbaru-Duri. CB GSK-BB mendapat tamu dari jauh, negeri Sakura, Jepang. Mereka merupakan mitra pihak Asia Pulp and Paper (APP). Maka bersama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), Rombongan Stakeholder Relations Sustainability and Angagement APP Jakarta, Tim Askul dan Morubeni-Jepang, Tim Riau Pos berangkat menuju zona inti cagar biosfer.

Setelah diolengkan oleh bus yang kami tumpangi ke kiri, kanan, depan dan belakang melewati kawasan HTI Sinarmas Forestry, jam 13.35 rombongan sampaikan di kawasan inti GSK-BB. Tepatnya di Desa Tasik Betung, Kampung Baru, Duri.
Perjalanan yang cukup melelahkan tersebut terbayar sudah dengan keramahan alam serta masyarakat di daerah tersebut. Tarian persembahan lima siswa SD Negeri 006 Tasik Betung menggambarkan ucapan selamat datang dari warga di zona inti GSK-BB tersebut.
“Orang-orang yang unik dan berbeda dengan di negara saya,” ucap, Kano, satu-satunya wanita dan perwakilan APP Jepang yang turut dalam trip tersebut.
“Kami terharu dan sangat senang dengan kunjungan ini, apalagi ini merupakan kunjungan asing pertama, biasanya yang selalu datang adalah orang-orang dari dinas,” ungkap Asminiwati, guru SD N 006 Tasik Betung dalam sambutan singkatnya pada kesempatan tersebut.
Sepuluh  meter dari tempat rombongan ngaso, dengan berjalan di undakan-undakan tangga tanah, terdapat Danau Tasik Betung yang tampak tenang. Air hitamnya memantulkan setiap panorama yang ditangkapnya. “Sudah dua tahun ini, Tasik Betung tidak pernah kering lagi,” cerita Asminiwati diiyakan dengan anggukan kaum ibu yang turut menyambut kami. Kalau Tasik Betung kering, tambahnya, kita bisa berjalan diatasnya.
 Semilir angin yang tidak berhenti menjadikan suasana di desa yang juga bernama Tasik Betung tersebut terasa segar, meskipun suhu panas menanjak hingga 36 derajat celcius. Dalam suasana tersebut warga setempat, M Kurnia Rauf-kepala BKSDA, Pihak APP, Askul dan Marubeni Cooporation bercengkrama akrab meskipun hanya duduk  dengan beralas tikar plastik berwarna biru.
“Kami ingin meninjau kondisi lingkungan dan masyarakat di sini secara langsung,” jelas Stephan Irmea Sinisuka, Stakeholder Relations APP Jakarta. Sebab, lanjutnya, pelestarian lingkungan bukan hanya tentang lingkungan namun juga tentang masyarakatnya.
“Kita tidak bisa menyalahkan masyarakat secara sepihak jika terjadi kerusakan hutan. Selalu ada alasan dibalik semua itu, misalnya masalah ekonomi,” tambahnya. Oleh karena itu, kedepan, kata Stephan begitu ia dipanggil, mereka akan melakukan pendekatan kepada masyarakat. Hal itu untuk menemukan solusi atau kegiatan seperti apa yang akan dilakukan, dalam rangka kegiatan restorasi kawasan inti cagar biosfer. Terutama beberapa kawasan yang pernah mengalami perambahan atau pengrusakan.
“Setiap tempat atau desa akan diberikan solusi yang berbeda-beda sesuai dengan permasalahan dan kendala yang mereka,” terang M Kurnia Rauf di tengah dialog dengan warga setempat.
Sebab tambanyahnya lagi, permasalahan desa satu dengan yang lainnya pasti berbeda-beda. Kurnia juga menyampaikan bahwa kunjungan ke zona inti GSK-BB tersebut, merupakan penguatan terhadap fungsi pengelolaan cagar biosfer sebagai upaya pengelolaan manusia dan lingkungan.
Masyarakat bisa memanfaatkan kawasan cagar biosfer, ujarnya lagi. Namun  harus dengan pola yang berbeda. Misalnya masyarakat bisa mencoba kegiatan ekowisata atau jasa lingkungan dengan memanfaatkan danau, tasik dan lingkungan disekitar GSB-BB. “Tentu saja itu akan diperbolehkan jika warga menjaga kondisi lingkungan di sini dengan baik dan sesuai kaedah pengelolaan cagar biosfer,” terangnya.
Hal tersebut seperti kembali disepakati oleh rombongan lainnya, “pihak Jepang ingin melakukan sesuatu untuk lingkungan, bukan hanya dengan memanfaatkannya untuk kebutuhan,” lanjut Stephan. Kami ingin melakukan restorasi di kawasan cagar biosfer yang pernah mengalami kerusakan atau pembalakan liar.
Namun, ujarnya lagi, kami akan menanamnya dengan pohon-pohon yang asli dari habitat di kawasan ini. “Misalnya jelutung,” kata Stephan mengambil contoh pohon yang asli dari habitat GSK-BB. Pohon ini sangat bagus, memiliki potensi banyak dan bisa dimanfaatkan juga untuk perekonomian masyarakat karena menghasilkan karet dengan jenis yang lebih soft (lunak). Jelutung juga pohon langka yang tidak ada lagi di dunia kecuali di kawasan tropis.
Stephan mengakui bahwa kegiatan tersebut harus didukung sepenuhnya oleh masyarakat. Sebab pihaknya akan melibatkan masyarakat langsung dalam kegiatan yang belum bernama tersebut. “Masyarakatlah yang berperan sebagai maintanance dan pengelola di sini,” ungkapnya.
Usai temu ramah dengan warga Tasik Betung, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Perawang. Sekitar seratus meter melewati inti GSK-BB, bukaan-bukaan lahan sebagai bentuk dari perambahan terlihat disana-sini. “Kurang lebih 20.000 hektare lahan di kawasan GSK-BB pernah mengalami perambahan,” komentar Canecio P Munoz, Environment Director Sinar Mas Forestry sekaligus berperan sebagai pemandu rombongan.
20 hektare kawasan HTI Sinar Mas Forestry yang turut mengalami perambahan akan ditanami dengan tanaman industri kembali, lanjutnya. Namun yang telah menjadi kawasan CB GSK-BB akan ditanami dengan tanaman habitat asli yang nantinya akan bekerjasama dengan BBKSDA.
“Buffer zone atau zona penyangga yang umumnya mengalami perambahan harus dikelola dengan baik,” tuturnya. Sebab kawasan buffer jika rusak akan membahayakan kawasan inti, tambahnya, sambil menunjukkan garis pinggir zona inti GSK-BB yang tampak sangat rimbun dan disesaki pepohonan. Sementara tepat di sisi lain kawasan buffer telah rusak dan meranggas hitam.
Meskipun di wilayah ini udara panas membuat kepala berdenyut-denyut, namun rombongan memutuskan untuk turun sejenak melihat secara langsung daerah yang pernah dirambah tersebut. “Inilah yang menjadi tantangan dan pekerjaan rumah untuk pemerintah,” tambah Munoz. Meskipun 20 meter dari zona inti merupakan buffer yang bisa di manfaatkan dan di kelola oleh masyarakat, ujarnya kemudian, namun harus tetap dijaga agar kawasan tidak lantas ikutan rusak.

0

Green Techno: Kompor Eco Fire Pot untuk Penduduk Negara Berkembang

Riau Pos - For Us Minggu, 27 November 2011

Kompor Eco Fire Pot untuk Penduduk Negara Berkembang

 

 

           

            Kompor menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi ibu-ibu di seluruh belahan dunia. Kompor memiliki berbagai macam jenis, mulai dari kompor yang tradisional dengan bahan bakar kayu hingga yang lebih modern seperti kompor minyak dan kompor gas.

            Namun, di negara berkembang biasanya yang banyak digunakan adalah kompor tradisional dengan bahan bakar kayu. Dan biasanya banyak asap yang ditimbulkannya. Menurut PBB saat ini diperkirakan sebanyak 1,4 juta wanita dan anak-anak meninggal akibat menghirup asap yang keluar dari kompor tradisional tersebut.

            Dikarenakan hal itulah, seorang wanita yang saat ini tinggal di Australia, Adama Kamara membuat sebuah kompor yang dengan mudah bisa dibuat sendiri.

Kompor Eco Fire Pot Bagi Penduduk Di Negara Berkembang

Di negara-negara berkembang, menurut PBB saat ini diperkirakan setiap tahunnya sebanyak 1,4 juta wanita dan anak-anak meninggal akibat menghisap asap yang keluar dari kompor tradisional dengan bahan bakar kayu atau biomassa padat lainnya.

Kompor tradisional memang masih banyak digunakan. Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah kayu, minyak tanah atau batu bara. Setiap kali memasak bagi keluarganya para ibu di negara tersebut tanpa disadari juga menghirup asap yang mengandung senyawa kimia yang berbahaya bagi kesehatan.


Berangkat dari hal tersebut, seorang wanita, Adama Kamara, yang saat ini tinggal di Australia, membuat sebuah kompor yang dengan mudah bisa dibuat sendiri. Prototip yang saat ini dimiliki Adama Kamara terbuat dari pelat besi tipis, sementara jika negara-negara berkembang membutuhkannya, kompor tersebut bisa dibuat dari tanah liat atau susunan bata.

1. Pasang sumbu. 2. Tuangkan minyak bekas ke abu bekas gergaji kayu. 3. Tambahkan alkohol. 4. Aduk campuran minyak dan alkohol.
Proses membuatnya juga tidak sulit, hanya dibutuhkan minyak goreng bekas sebagai bahan bakar dengan sedikit campuran alkohol atau methanol, sumbu dari serat alami, seperti karung goni, saringan berbentuk tabung, wadah untuk menampung bahan bakar, yang kemudian disusun dengan saringan tabung yang didalamnya sudah dipasang sumbu, berada di dalam tabung lain yang dipenuhi dengan bahan bakar.
stacking-the-eco-fire-pot's-partsUntuk memasak selama 6 jam terus menerus, dibutuhkan bahan bakar campuran sebanyak 500 mililiter. Alih-alih memproduksi massal dan kemudian mengikirimkannya ke berbagai negara berkembang, Adama Kamara justru hanya ingin membagikan pengetahuannya agar banyak penduduk di negara tersebut yang kemudian bisa membuatnya sendiri.
0

The Young Hero: Jagoan yang cinta lingkungan

Riau Pos - For Us
Jagoan yang cinta lingkungan

Nama saya Muhammad Riski umur saya delapan Tahun saat ini saya diuduk di bangku kelas 3 SDN 042 Tampan, Di sekolah kami diajarkan oleh ibu dan bapak guru untuk mencintai lingkungan serta melestarikan lingkungan. Seperti menanam pohon dan menghemat pemakaian energy dan pemakaian air, dan selalu membuang sampah pada tempat nya. Saya sangat senang dengan lingkungan yang bersih dan indah.karena dapat belajar dengan tenang.hal yang saya lakukan untuk menyelamatkan lingkungan adalah menyuruh mama untuk mematikan lampu yang tidak terpakai di siang hari, serta selalu berjalan kaki jika pergi ke sekolah. Pesan saya untuk lingkungan adalah lestarikan lah lingkungan untuk masa depan.


0

Green Techno: Evolusi Sepeda dari KAYU ke METAL

Riau Pos - For Us
Evolusi Sepeda
dari KAYU ke METAL




SEJARAH perkembangan sepeda bermula pada abad ke-18. Ketika itu negara Perancis telah mengenal alat transportasi bernama velocipede. Sepeda ini berbeda sekali dengan sepeda yang sering kita lihat sekarang. Rangka sepeda ini tidak terbuat dari metal melainkan dari kayu. Keunikan velocipede ini adalah tidak adanya tuas pengemudi serta pedal pengayuh! So, bagaimana bagaimana cara mengendarainya? Imagine yourself, guys.

1818 Baron Karls Drais von Souebronn, menyempurnakan velocipede dan diberi nama Laufmaschine atau “mesin berlari”. Sepeda ini menggunakan dua roda yang terbuat dari kayu. Kedua roda ini bertujuan untuk menunjang efisiensi kerjanya. Namun, tuas pengemudi dan pedal pengayuh juga masih belum ada. Kemudian ditahun 1839, Kirkpatrick Macmillan pandai besi kelahiran Skotlandia menyempurnakan bentuk sepeda. Ia menambahkan pedal pengayuh sebagai “mesin penggerak”. Ia juga menghubungkan tuas pengemudi ke engkol (hub) sepeda. Pada tahun 1855, Ernest Michaux juga melakukan penyempurnaan bentuk sepeda. Ia membuat pemberat engkol sehingga laju sepeda lebih stabil. Bentuk ini kian disempurnakan dengan menambahkan velg untuk memperkuat roda. Tahun 1865,. Pierre Lallement mendesain sepeda dengan roda depan lebih besar daripada roda belakang.

Perkembangan Ban
Kemajuan paling signifikan terjadi saat teknik penyambungan besi dan karet kian bagus, hingga Ernest Michaux mencoba mendesain sepeda yang keras dan kaku dengan menambahkan ban karet serta velg sebagai penguat ban tersebut. Seiring dengan terus berkembangnya teknologi serta inovasi, kini sepeda kian nyaman untuk digunakan baik oleh pria maupun wanita dalam segala usia. Kenyamanan ini makin sempurna ketika teknologi pengisian angin ban ditemukan oleh John Dunlop. Perkembangan sepeda pun tidak berhenti sampai di situ. Penemuan-penemuan lain seperti rem, perbandingan gigi yang bisa diganti-ganti, rantai, setang yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi makin menambah daya tarik dari sepeda.

Museum Sepeda
Perkembangan sepeda memaksa beberapa jenis serta model sepeda menjadi usang, hingga dibutuhkan museum sepeda tempat untuk penyimpanan. Di Indonesia sendiri ada beberapa museum untuk sepeda, salah satunya di Surabaya. Museum Negeri Mpu Tantular menyimpan berbagai bentuk sepeda yang paling awal, yang dirancang oleh Michael Kesler dari Jerman pada tahun 1766. Sepeda ini dilengkapi dengan alat duduk dan alat kemudi, tidak memakai pedal, bahan dari kayu, dan hanya dapat dikendarai di jalan yang datar atau menurun. Agar dapat bergerak maju, kaki si pengendara harus ditekan ke tanah, dan kecepatannya dapat mencapai hingga 15 km/jam. Sedangkan di luar negeri ada pula museum sepeda, misalnya di Bicycle Museum of America yang berada di New Bremen, Ohio, United States. Museum ini merupakan salah satu museum pribadi terbesar yang mengkoleksi berbagai jenis sepeda di dunia, yang terletak di 7 West Monroe Street. Koleksi yang ada di museum ini salah satunya adalah sepeda antik dari tahun 1800-an. (int/risky-gsj/mar )
0

Save The Earth: Hutan Bakau Sumber Resapan Karbon Terbesar.

Riau Pos - For Us




INDONESIA yang terletak di jalur khatulistiwa menjadi tempat yang cocok bagi ekosistem hutan mangrove. Hal ini menyebabkan indonesia memiliki hutan bakau terbesar di dunia dengan luas 2,5-4,5 juta hektar. Hutan bakau berfungsi sebagai perisai alam karena dapat menahan ombak dan melindungi daerah pesisir dari abrasi. Selain itu hutan bakau dapat dijadikan solusi terhadap perubahan iklim yang terjadi pada saat ini. Sebab setiap 1 hektar hutan bakau dapat menyerap 1,5 metrik ton karbon setiap tahunnya. Para peneliti IUCN menyebutkan bahwa, hutan bakau, rumput laut, terumbu karang dan rawa air asin mempunyai kemampuan menyerap carbon yang sangat besar dari pada hutan di daratan. Selain itu rawa gambut pesisir juga dapat menyerap karbon dengan jumlah yang sangat besar yaitu 75,4 ton setara dengan 1,5 juta emisi mobil.(int/edo-gsj/mar)





0

For Us: Rona Tasik Hijau di Atas Tanah Kerajaan Gasib

Riau Pos - For Us Sabtu, 26 November 2011
Airnya berwarna kehijauan dan jernih. Pemandangan di sekeliling menggambarkan kesejukan alami. Hembusan angin bertiup kecil menghampiri kulit dan berlahan masuk kedalam pori. Pohon hijau, rindang tumbuh disekelilingnya. Tempat ini dinamakan Tasik. Panorama alam yang terjadi secara alami itu berlokasi diatas bekas tanah Kerajaan Gasib. Tepatnya di Desa Keranji Guguh, Kecamatan Koto Gasib.

Laporan Mashuri Kurniawan, Siak
mashurikurniawan@riaupos.co.id

0

For Us: Berdamai dengan Air Gambut Cagar Biosfer

Riau Pos - For Us Rabu, 16 November 2011


 Muhammad Amin / Riau Pos
KANAL : Kanal-kanal yang berfungsi untuk penataan air di kawasan cagar biosfer.
Sebagai kawasan yang dikepung lahan gambut, kebanyakan masyarakat Riau masih menganggapnya sebagai 'musuh'. Padahal jika diajak berdamai, dengan sedikit sentuhan teknologi, air gambut pun dapat menjadi teman yang ramah.
Laporan MUHAMMAD AMIN,
Bukit Batu, m-amin@riaupos.com