Blogger Tricks


0

Riau Miliki Pengolahan Air Gambut Terbesar di Indonesia

Riau Pos - For Us Senin, 09 Juli 2012

      BUKITBATU (RP)- APAG 60 atau Alat Pengolaan Air Gambut 60 yang dipasang di Tanjungleban, Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau merupakan alat pengolahan air gambut terbesar di Indonesia. Itu dikemukakan oleh Ignasius D A Sutapa, Sekretaris Eksekutif Pusat Ekohidrologi Asia Pasifik yang juga peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rabu (4/7) siang saat mengunjungi APAG 60 di Tanjungleban. Turut hadir bersama Ignasius humas Asia Pulp and Paper (APP) Redita Soumi dan humas Arara Abadi Nurul Huda yang menjadi mitra kerja sama LIPI dalam penyediaan APAG 60.

      Ignasius menjelaskan, APAG 60 mampu mengolah air gambut menjadi air bersih 60 liter per menit atau 3,6 kubik per jam. Alat serupa sebelumnya juga dibuat di Kalimantan Tengah, hanya ukurannya lebih kecil.
“Jadi di Indonesia ini alat pengolahan air gambut terbesar. Ini bisa untuk memenuhi kebutuhan 100 KK masyarakat,” ujar doktor tamatan Prancis ini.

      Kerja sama untuk membuat pengolahan air gambut itu, tambahnya, sudah dilakukan sejak Mei 2011 lalu. Itu merupakan komitmen kerja sama antara LIPI, MAB Unesco dan APP sebagai komite nasional dalam penyediaan air bersih di kawasan transisi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (GSK-BB).

    “Sejak tanggal 3 sampai 8 Juli nanti, kami melakukan sosialisasi dan pelatihan pengoperasian APAG bagi masyarakat setempat yang akan menjadi operator. Sampai bulan depan akan terus dilakukan monitoring. Baru Agustus nanti alat ini diresmikan dan diserahterimakan,” ujar Ignasius.

     Sekretaris Desa Tanjungleban Umar mengungkapkan masyarakatnya sangat senang dengan adanya APAG 60 di desa mereka. “Ini seperti pucuk dicinta, ulampun tiba,” ujarnya Rabu (3/7) di kantor desa.
Masyarakat Tanjungleban memang kekurangan air bersih. Pasalnya daerah ini, sama seperti kawasan lain di Riau yang bergambut, air sungai ataupun sumurnya berasa asam dan mengandung banyak bahan organik. Selama ini mereka hanya mengandalkan air hujan dan sebagian terpaksa menggunakan air gambut yang berbahaya untuk dikonsumsi.

    “Kami baru tahu, kalau penggunaan air gambut itu berbahaya. Kami senang ada APAG 60 hasil kerja sama LIPI dan APP. Perusahaan sudah membantu memenuhi kebutuhan air bersih di desa kami,” ujarnya.
Menurut Ignasius, pemenuhan kebutuhan air bersih di Indonesia memang masih sangat kurang. Hanya berkisar 30 persen. Bahkan di daerah pedesaan hanya 10 persen. Terutama di daerah marginal seperti daerah gambut yang banyak  di Riau.(ndi)
0

Riau Pos Bike Community

Riau Pos - For Us Minggu, 01 Juli 2012
Kampanye Bersepeda Bersama

SEPERTI biasanya setiap Jumat terakhir setiap bulan, beberapa orang  melakukan kampanye bersepeda bersama-sama pada malam harinya. Demi menularkan virus bersepeda keseluruh umur, Jumat (29/6) kembali diadakan aksi gowes bersama. Acara yang digagas oleh Indonesia Fixied Gear  ataupun komunitas Fixie Street of Pekanbaru, atau yang terkenal dengan nama Fixstopnya.
Kampanye, bersepeda ini sendiri sebenarnya tidak hanya di Pekanbaru saja, tapi juga di kota-kota lain seluruh Indonesia. Hal ini dengan tujuan agar masyarakat mulai memikirkan memakai sepeda sebagai kendaraan pribadi mereka jika bisa,” terang salah satu orang yang ikut kampanye bersepeda bersama tersebut.
Acara ini sendiri juga telah dilakukan di 24 kota lainnya di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk Pekanbaru sendiri,  acara gowes bersama yang diikuti oleh 20-an pesepeda ini telah dilakukan sejak bulan Februari tahun 2012. Tepatnya pada malam hari. Hal ini dikarenakan agar semua kalangan bisa ikut bersepeda bersama jika dilakukan pada malam hari.
Rute yang ditempuh yakni dari jalan Diponegoro menuju Gajah Mada. Lanjut ke Ahmad Yani menuju Juanda. Setelah itu ke Sudirman menuju MTQ. (teguh-gsj/dac)
0

Riau Pos Bike Community

Riau Pos - For Us
Perbedaan Soft  dan Hard Tail
PADA umumnya berdasarkan suspensi pada sepeda, sepeda terbagi kedalam dua jenis. Soft Tail dan juga Hard Tail. Berfungsi untuk mengurangi getaran pada sepeda, suspensi sepeda menjadi suatu yang penting keberadaannya pada sepeda. Terutama pada jenis-jenis sepeda tertentu seperti Mountain Bike (MTB), Downhill, All Mountain, Dirth Jump serta X-country. Namun apakah Anda tahu sepeda apa yang Anda pakai? Sudahkah jenis sepeda Anda cocok dengan kegunaannya?
Untuk itu, Riau Pos Bike Community telah berbincang dengan salah seorang marketing di salah satu toko sepeda terbesar yang ada di Pekanbaru.
“Soft Tail merupakan sepeda yang memilik full suspensi, sementara Hard tail jenis sepeda yang hanya memiliki suspensi pada bagian depan sepeda,” terang Ditha Rahma Febriyani kepada Riau Pos Bike Community.
Lebih lanjut, wanita kelahiran 20 tahun silam ini mengatakan, di Riau sendiri peminat yang memakai sepeda berjeniskan Hard Tail lebih banyak ketimbang Soft Tail. Hal ini dikarenakan sepeda jenis Hard Tail yang hanya memiliki suspensi dibagian depan saja. Sehingga tidak terlalu lelah ketika melakukan aktivitas gowes di jalan raya.
Berdasarkan fungsinya, sepeda berjeniskan Soft Tail berguna untuk menahan rasa sakit pada pinggang apabila sepeda melewati jalan berlobang. Sementara sepeda berjeniskan Hard Tail lebih diperkhususkan untuk goweser di jalan raya.
Pada sepeda berjeniskan Hard Tail suspensi hanya berada dibagian depan sepeda saja. Hal ini berfungsi untuk mengurangi getaran pada bagian dada pengguna sepeda.
“Apabila kita memakai sepeda berjeniskan Soft Tail dijalan raya, yang ada kita akan lebih cepat capek karena suspensi yang banyak ketimbang sepeda berjeniskan Hard Tail,” tambah Ditha Rahma Febriyani sebelum berpisah dengan kru Riau Pos Bike Community. (teguh-gsj/dac)
0

Riau Pos Bike Community

Riau Pos - For Us
Dispenda Bike to Work
Tularkan Semangat  Bersepeda

“DEMAM bersepeda ke kantor kini makin menjadi virus yang sangat sulit untuk ditolak orang-orang yang bekerja di kantoran” paling tidak itulah yang dikatakan oleh hampir sebagian seluruh anggota Dispenda Bike to Work. sebuah komunitas sepeda yang ada di dalam kantor Dinas Pendapatan Provinsi Riau di jalan Sudirman nomor 6 Simpang Tiga Pekanbaru.
“Terbentuk pada tanggal 22 Maret 2012 silam, kini Dispenda Bike to Work  telah beranggotakan 11 orang.  Awalnya sih  tiga orang saja yang memakai sepeda ke kantor. Azuar, Tukiran dan Gigih Prasetyo, merekalah pioner terbentuknya komunitas ini,” terang Azuar yang bekerja sebagai Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinas Pendapatan Provinsi Riau.
Komunitas  sepeda yang salah satu diantara anggotanya ini terdapat seorang wanita, biasanya melakukan gowes sekali dalam seminggu. Kamis menjadi hari wajib bagi mereka untuk bersepeda bersama-sama, baik ke kantor maupun pulang dari kantor.
Bertujuan ingin menyebarkan virus bersepeda diantara pegawai, Dispenda Bike to Work sendiri tidak terlalu mewajibkan anggotanya untuk bersepeda ke kantor. Apalagi jika salah satu anggotanya tinggal cukup jauh dari rumahnya. Akan tetapi, saat gowes sore harinya barulah mereka bersama-sama dari kantor. Hal ini dikarenakan sebagian anggota yang rumahnya jauh telah meninggalkan sepeda mereka sebelumnya di kantor.
“Pagi hari kami juga gowes bersam-sama, jalan Cut Nyakdien menjadi titik temu kami sebelum bersama-sama menuju kantor. Biasanya jam setegah tujuh kami berangkat dari Cut Nyak Dien,” jelas Azzuar yang juga memiliki 20 sepeda ontel di rumahnya ini.
Bersepeda bersama-sama lengkap  dengan helm dan juga sepatu, Dispenda Bike to Work memiliki keinginan untuk menularkan virus bersepeda ke pegawai-pegawai yang lainnya. Oleh karena itu, meskipun pada hari Kamis seluruh pegawai Dinas Pendapatan Provinsi Riau melaksanakan upacara wajib, anggota Dispenda Bike to Work tetap memilih untuk bersepeda ke kantor.
“Bersepeda pagi hari sangat membuat badan segar karena harus memacu waktu di cuaca yang cendrung tingkat polusinya masih sedikit,” ucap Gigih Prasetyo yang bekerja sebagai staf sub bagian umum dan kepegawaian di Dinas Pendapatan Provinsi Riau ini.
Lebih lanjut, Dispenda Bike to Work  yang saat ini telah memiliki baju komunitas ini berharap semoga semakin banyak saja orang-orang yang terkena virus bersepeda ke kantor. Tidak hanya di dalam Dinas Pendapatan Provinsi Riau saja, tapi juga di kantor-kantor yang lainnya. (teguh-gsj/dac)