Warna bulunya indah, bentuknya yang kecil, dan lincah terlihat berputar di cabang pohon karet, di perkebunan masyarakat. Burung ini juga aktif melompat dari cabang pohon dan berjalan daripada terbang. Hewan dengan warna bulu didominasi hijau ini disebut burung Serindit Melayu (Loriculus galgulus) oleh masyarakat.
Laporan Mashuri Kurniawan, Kampar
mashurikurniawan@riaupos.com
Bulu sayapnya berwarna hijau tua, pada ujung ekornya yang pendek didominasi warna merah dan hitam. Dadanya berwarna hijau muda bercampur bercak kekuning-kuningan, sedangkan punggungnya terdapat warna wijau dengan bercak kuning dan kecoklatan. Hewan yang maskot fauna Riau dan menjadi logo pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Riau tahun 2012 tampak eksotik.
Tingkah lakunya unik, suaranya kerap melengking memanggil teman-temannya mengundang tawa setiap orang melihatnya. Sesekali burung serindit beristirahat dengan menggantungkan kakinya di cabang pohon. Posisi kepalanya berada di bawah, kakinya di atas.
Paruhnya yang bengkok mematuk kulit kayu cabang pohon yang dihinggapinya. Serindit hidup di dalam hutan yang lebat dan banyak buahan. Hidupnya berkelompok bagi burung anakan. Sedangkan burung dewasa hanya terbang berdua saja. Dari informasi masyarakat Desa Gema, burung Serindit banyak ditemukan di Desa Kuntu, Gema, dan Tanjung Belit.
Namun demikian, susah untuk bisa menikmati keindahan burung ini setiap saat. Riau Pos akhir pekan lalu berusaha untuk mencari burung yang memikat ini. Pejalanan berlabuh di Desa Tanjung Belit. Dengan tujuan Hutan Bukit Dinding yang dinilai masih alami dan habitat burung tersebut. Kicauan burung dan suasana bentangan alam hijau menyambut kedatangan Riau Pos di kawasan hutan ini.
Udara sepoi-sepoi terasa sejuk didalam hutan tersebut. Pohon tinggi menjulang kelangit menjadi pemandangan indah. Aliran Sungai Subayang terlihat jelas mengalir dari atas hutan yang memang berbukit. Namun, burung Serindit belum juga terlihat.
Suara salah satu pemikat burung di Desa Tanjung Belit menyebutkan, burung Serindit agak susah ditemukan sekarang. ‘’Mungkin karena belum musim buahan,’’ ujarnya kepada Riau Pos. Pria berusia 40 tahun ini juga menjelaskan, burung yang digelar Panglima Hijau dalam cerita rakyat Riau .
‘’Kalau saya sukanya memikat burung murai batu dek. Kalau Serindit paling Mansur yang ada di Desa Gema suka memikatnya,’’ tambahnya.
Mendengar itu, Riau Pos mencari Mansur yang bertempat tinggal di Desa Gema. Ternyata benar saat ditemui Mansur yang bertugas menjadi penjaga sekolah, di SMA Negeri Gema ini menyenangi berbagai macam jenis burung. Khususnya burung Serindit.
Dari penuturan Mansur, bagi orang Melayu Riau, memiliki unsur yang dimasukkan dalam lambang Provinsi Riau. Ini bisa dilihat dari dari keris sebagai bagian pakaian lengkap adat Riau, hulunya yang bermotif Serindit. Bagi masyarakat Riau Hulu Keris berlambang Serindit melambangkan arif, bijaksana, berani dan adil.
Diyakini masyarakat Gema, sambungnya, Serindit bisa menolak sihir, penyakit ayam, dan sebagainya bagi anak-anak. Mansur menambahkan, burung Serindit sudah lama dimitoskan bahkan diabadikan dalam berbagai cerita rakyat dan diartikan keberanian, kesetiaan, kebijaksanaan, dan hidup dalam berdampingan.
‘’Kalau di Kampar Kiri, burung Serindit banyak ditemukan di Desa Gema. Tapi, banyak juga terbang di dalam Hutan Batu Dinding. Hidupnya berkelompok dan berpasangan. Makanannya berupa buah-buahan. Memilki sifat yang lincah dan pemberani, sehingga sering digunakan sebagai pemikat serindit yang lain,’’ jelasnya.
Mansur juga menjelaskan, Serindit jantan memiliki bulu berwarna hijau, dada bulunya merah bulat, kepala bulunya berwarna hijau, diatas kepala bercak ungu, ekornya berwarna merah. Sedangkan betina, warna bulunya hijau dan paruhnya keputihan.
Untuk memikat atau menjerat Serindit, terangnya, digunakan sangkar bertingkat dua. Yang mana, bagian bawah pemikatnya burung serindit jantan, tingkat atas untuk serindit yang dipikat. Pemikat tersebut terbuat dari bambu.
‘’Serindit pemikat yang berada didalam sangkar akan memanggil temannya untuk masuk kedalam sangkar. Ketika, burung Serindit datang langsung masuk kedalam sangkar dan pintu sangkar tertutup,’’ ceritanya.
Burung ini relatif bertubuh kecil, sifatnya lincah dan pemberani, terutama jantan.
‘’Kebiasaannya menggantung ke bawah pada waktu tidur. Saya sudah amati selama tiga tahun terakhir, burung ini sangat menyukai buahan, hidup berkelompok, akur satu sama lainnya. Jika, dipelihara makanannya hanya beras bercampur air saja,’’ tuturnya lagi. Burung dengan daerah penyebaran burung ini adalah Semenanjung Melayu, Kepulauan Riau, Anamba Kalimantan, Bangka Belitung, Nias, Siberut, Sipora dan Enggano. Burung ini juga bisa ditemukan di Malaysia, Singapura, dan Thailand, sebut Mansur, makanannya bisa juga sayuran hijau,padi-padian dan aneka serangga kecil, bunga kelapa.
Burung Serindit sekarang ini, jumlahnya tidaklah banyak lagi. Dikarenakan, habitat dan makanannya terganggu. ‘’Burung Serindit sekarang jarang bisa dilihat begitu saja. Kalau mau lihat, pada musim buahan. Saya saja kalau dapat burung ini kalau anakan langsung dilepaskan kembali,’’ pungkasnya.
Burung mungil ini memang belum termasuk dalam daftar merah The Internaional Union for Conservation of Nature, yakni daftar fauna yang terancam punah. Meski demikian, jika burung ini dibiarkan terus ditangkap dan kehilangan habitatnya berupa hutan dataran rendah, bisa jadi Riau suatu saat akan kehilangan satwa yang menjadi identitasnya ini. Oleh sebab itu, upaya-upaya konservasi diperlukan untuk menjaga burung lambang kebijaksanaan ini. Semoga kita bijaksana pula dalam menjaga kelestariannya. ***
Bulu sayapnya berwarna hijau tua, pada ujung ekornya yang pendek didominasi warna merah dan hitam. Dadanya berwarna hijau muda bercampur bercak kekuning-kuningan, sedangkan punggungnya terdapat warna wijau dengan bercak kuning dan kecoklatan. Hewan yang maskot fauna Riau dan menjadi logo pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Riau tahun 2012 tampak eksotik.
Tingkah lakunya unik, suaranya kerap melengking memanggil teman-temannya mengundang tawa setiap orang melihatnya. Sesekali burung serindit beristirahat dengan menggantungkan kakinya di cabang pohon. Posisi kepalanya berada di bawah, kakinya di atas.
Paruhnya yang bengkok mematuk kulit kayu cabang pohon yang dihinggapinya. Serindit hidup di dalam hutan yang lebat dan banyak buahan. Hidupnya berkelompok bagi burung anakan. Sedangkan burung dewasa hanya terbang berdua saja. Dari informasi masyarakat Desa Gema, burung Serindit banyak ditemukan di Desa Kuntu, Gema, dan Tanjung Belit.
Namun demikian, susah untuk bisa menikmati keindahan burung ini setiap saat. Riau Pos akhir pekan lalu berusaha untuk mencari burung yang memikat ini. Pejalanan berlabuh di Desa Tanjung Belit. Dengan tujuan Hutan Bukit Dinding yang dinilai masih alami dan habitat burung tersebut. Kicauan burung dan suasana bentangan alam hijau menyambut kedatangan Riau Pos di kawasan hutan ini.
Udara sepoi-sepoi terasa sejuk didalam hutan tersebut. Pohon tinggi menjulang kelangit menjadi pemandangan indah. Aliran Sungai Subayang terlihat jelas mengalir dari atas hutan yang memang berbukit. Namun, burung Serindit belum juga terlihat.
Suara salah satu pemikat burung di Desa Tanjung Belit menyebutkan, burung Serindit agak susah ditemukan sekarang. ‘’Mungkin karena belum musim buahan,’’ ujarnya kepada Riau Pos. Pria berusia 40 tahun ini juga menjelaskan, burung yang digelar Panglima Hijau dalam cerita rakyat Riau .
‘’Kalau saya sukanya memikat burung murai batu dek. Kalau Serindit paling Mansur yang ada di Desa Gema suka memikatnya,’’ tambahnya.
Mendengar itu, Riau Pos mencari Mansur yang bertempat tinggal di Desa Gema. Ternyata benar saat ditemui Mansur yang bertugas menjadi penjaga sekolah, di SMA Negeri Gema ini menyenangi berbagai macam jenis burung. Khususnya burung Serindit.
Dari penuturan Mansur, bagi orang Melayu Riau, memiliki unsur yang dimasukkan dalam lambang Provinsi Riau. Ini bisa dilihat dari dari keris sebagai bagian pakaian lengkap adat Riau, hulunya yang bermotif Serindit. Bagi masyarakat Riau Hulu Keris berlambang Serindit melambangkan arif, bijaksana, berani dan adil.
Diyakini masyarakat Gema, sambungnya, Serindit bisa menolak sihir, penyakit ayam, dan sebagainya bagi anak-anak. Mansur menambahkan, burung Serindit sudah lama dimitoskan bahkan diabadikan dalam berbagai cerita rakyat dan diartikan keberanian, kesetiaan, kebijaksanaan, dan hidup dalam berdampingan.
‘’Kalau di Kampar Kiri, burung Serindit banyak ditemukan di Desa Gema. Tapi, banyak juga terbang di dalam Hutan Batu Dinding. Hidupnya berkelompok dan berpasangan. Makanannya berupa buah-buahan. Memilki sifat yang lincah dan pemberani, sehingga sering digunakan sebagai pemikat serindit yang lain,’’ jelasnya.
Mansur juga menjelaskan, Serindit jantan memiliki bulu berwarna hijau, dada bulunya merah bulat, kepala bulunya berwarna hijau, diatas kepala bercak ungu, ekornya berwarna merah. Sedangkan betina, warna bulunya hijau dan paruhnya keputihan.
Untuk memikat atau menjerat Serindit, terangnya, digunakan sangkar bertingkat dua. Yang mana, bagian bawah pemikatnya burung serindit jantan, tingkat atas untuk serindit yang dipikat. Pemikat tersebut terbuat dari bambu.
‘’Serindit pemikat yang berada didalam sangkar akan memanggil temannya untuk masuk kedalam sangkar. Ketika, burung Serindit datang langsung masuk kedalam sangkar dan pintu sangkar tertutup,’’ ceritanya.
Burung ini relatif bertubuh kecil, sifatnya lincah dan pemberani, terutama jantan.
‘’Kebiasaannya menggantung ke bawah pada waktu tidur. Saya sudah amati selama tiga tahun terakhir, burung ini sangat menyukai buahan, hidup berkelompok, akur satu sama lainnya. Jika, dipelihara makanannya hanya beras bercampur air saja,’’ tuturnya lagi. Burung dengan daerah penyebaran burung ini adalah Semenanjung Melayu, Kepulauan Riau, Anamba Kalimantan, Bangka Belitung, Nias, Siberut, Sipora dan Enggano. Burung ini juga bisa ditemukan di Malaysia, Singapura, dan Thailand, sebut Mansur, makanannya bisa juga sayuran hijau,padi-padian dan aneka serangga kecil, bunga kelapa.
Burung Serindit sekarang ini, jumlahnya tidaklah banyak lagi. Dikarenakan, habitat dan makanannya terganggu. ‘’Burung Serindit sekarang jarang bisa dilihat begitu saja. Kalau mau lihat, pada musim buahan. Saya saja kalau dapat burung ini kalau anakan langsung dilepaskan kembali,’’ pungkasnya.
Burung mungil ini memang belum termasuk dalam daftar merah The Internaional Union for Conservation of Nature, yakni daftar fauna yang terancam punah. Meski demikian, jika burung ini dibiarkan terus ditangkap dan kehilangan habitatnya berupa hutan dataran rendah, bisa jadi Riau suatu saat akan kehilangan satwa yang menjadi identitasnya ini. Oleh sebab itu, upaya-upaya konservasi diperlukan untuk menjaga burung lambang kebijaksanaan ini. Semoga kita bijaksana pula dalam menjaga kelestariannya. ***
0 komentar:
Posting Komentar