Blogger Tricks


0

Our Green Inspiration: Basir Baesuni, Sekolah Konservasi Alam

Riau Pos - For Us Senin, 05 Desember 2011


            Sekolah yang biasa kita temui adalah tempat menimba ilmu dari jenjang sekolah dasar hingga tingkat menengah atas. Namun, berbeda dengan sekolah yang satu ini. Di sekolah ini kita akan belajar mengenai konservasi alam. Itulah sekolah yang didirikan oleh Basir Baesuni. Sekolah setingkat SMP ini diberi nama SMP Terbuka Amerta. Ia hadir di kawasan Megamendung.
            Meski profesi sebenarnya sebagai tukang kebun, di sekolah ini Basir menjadi seorang guru bagi anak-anak didiknya. Sekolah ini didirikannya sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik di kawasan puncak. Bahkan bersama dengan murid-muridnya Basir berhasil menanam ribuan pohon di sepanjang jalur Puncak, ini dilakukannya pada 2006 lalu.
            Sekolah ini berawal dari bergabungnya ia dengan komunitas Gerakan Peduli Sekitar Kita pada 2003 yang digalang warga Tionghoa yang mempunyai vihara di Desa Megamendung. Nah, dari sini ia pun menyosialisasikan kurikulum pendidikan lingkungan hidup di SMP Terbuka Amerta yang merupakan milik komunitas Tionghoa tersebut.  Namun, Sekolah yang mengajarkan mengenai konservasi alam ini juga sempat ditentang oleh warga. Karena lokasinya yang berada di kawasan Vihara.
            Tak hanya itu Basir juga memberikan perhatiannya terhadap aliran Sungai Ciliwung. Saat itu Basir prihatin melihat daerah aliran sungai (DAS) yang rusak dan tak terawat di sepanjang Ciliwung. Dan secara bertahap, ia beserta anak didiknya pun menanam berbagai jenis pohon di sepanjang aliran sungai tersebut. Ini dilakukannya tanpa pamrih apa pun. Karena baginya pohon yang ditanami itu bukan hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya saja, tapi untuk seluruh umat manusia.
            Luar biasanya lagi ia pernah menargetkan untuk menanam satu miliar pohon pada tahun 2010. Nah, untuk mewujudkannya Basir mengajak setiap masyarakat untuk menanam lima pohon ketika itu.
Menanam pohon bagi Basir bukan hanya sebagai kebiasaan. Tapi juga kehidupan, karena sebagai anak petani ia sudah sering bergelut dengan hal yang demkian itu. Dan berangkat dari hal tersebut ia pun membentuk kelompok tani pada 1988, sesaat setelah ia lulus Madrasah Aliyah Miftahul Huda di Megamendung. Kelompok tani ini dinamakan Paseban karena berada di Kampung Paseban.
Untuk meningkatkan keilmuannya tentang pertanian, ia meminta penyuluh kehutanan dari Kementerian Kehutanan untuk terus mendidik seluruh anggota kelompok tani Paseban. Dan meski gigih memperbaiki lingkungan di Puncak, Basir juga tak lupa pada petani di Cisarua. Tahun 2007 ia membentuk kelompok tani Cijulang Asri di Desa Kopo, Kecamatan Cisarua.
Niat tulusnya dalam menjaga lingkungan akhirnya berbuah hal yang manis. Ia dinobatkan menhadi wakil Kecamatan Cisarua dalam perlombaan konservasi tingkat Kabupaten Bogor dan berhasil menjadi juara pertama pada tahun 2008.
Hal ini jugalah yang akhirnya membuat Basir menjadi wakil untuk provinsi Jawa Barat di perlombaan tingkat konservasi nasional. Dan ia pun sukses merebut juara satu dan mendapatkan tanda kehormatan Satya Lencana di Istana Negara pada 2008 lalu.
Tak hanya itu penghargaan yang didapatkan olehnya. Bapak dua anak ini juga mendapatkan penghargaan karena menjadi Juara II lomba penyuluhan kehutanan swadaya masyarakat tingkat nasional pada tahun 2010. (afra-gsj/int/new)




0 komentar:

Posting Komentar