foto DOK SMAN 1 Pekanbaru for gsj riau pos
SEMARAK: Suasana lomba mading dan daur ulang terlihat semarak, di SMAN 1 Pekanbaru.
SEMARAK: Suasana lomba mading dan daur ulang terlihat semarak, di SMAN 1 Pekanbaru.
SEBAGIAN besar orang berfikir, sampah adalah sesuatu yang menjijikkan, tidak bermanfaat, bau dan hanya pantas digandrungi oleh petugas sampah saja. Tidak ada kewajiban bagi masyarakat untuk mengurusnya apalagi merasa bertanggung jawab atas sampah-sampah yang mereka hasilkan sendiri.
Pola pemikiran inilah yang berusaha diubah oleh SMA Negeri 1 Pekanbaru. Sabtu (25/2) lalu SMAN 1 memperingati Hari Sampah yang jatuh setiap tanggal 21 Februari dengan mengadakan seminar dan lomba yang bertemakan Membangun Generasi Muda Peduli Sampah. Acara yang diikuti oleh 10 sekolah di Pekanbaru ini berlangsung selama satu hari di Aula SMAN 1 Pekanbaru.
Perlombaan yang diadakan antara lain lomba Karya Ilmiah Remaja (KIR), lomba mading 2D, lomba daur ulang dan lomba menulis cerpen.
Acara ini dibuka oleh protokol dan dilanjutkan oleh sambutan dari ketua panitia, Sulistio Budi S Pd yang kemudian disusul oleh kata sambutan dari Kepala Sekolah SMAN 1, Drs Khaidir M Pd. Dalam sambutannya, Khaidir sangat mendukung acara ini dan menekankan bahwa kita semua harus menjaga bumi yang merupakan titipan ini.
“Saat ini SMAN 1 sedang menuju Sekolah Adiwiyata Mandiri dan membina sepuluh sekolah. Inilah salah satu program untuk membina sekolah-sekolah itu. Untuk melaksanakan ini, tentunya kita membutuhkan dukungan dari badan-badan lingkungan yang besar seperti Wahana Lingkungan Hidup Indonesia(WALHI), Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pekanbaru dan badan Daerah Aliran Sungai (DAS) Provinsi Riau. Kita harus ingat, bumi kita ini adalah titipan dari anak cucu, perlu dijaga agar bisa dimanfaatkan generasi berikutnya. Oleh karena itulah SMAN 1 mengadakan lomba yang mengarah pada lingkungan,” tutur Khaidir sebelum memperkenalkan motto SMAN 1.
Acara peringatan Hari Sampah ini resmi dimulai setelah disampaikannya kata sambutan oleh Drs Adriman kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pekanbaru. Adriman mengungkapkan bahwa ia sangat menyambut baik acara ini. Ia menyampaikan Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Ia juga mengharapkan kemajuan iptek harus selaras dengan pengelolaan sampah.
“Sistem kumpul-angkut-buang yang selama ini diterapkan ternyata tidak mampu menyelesaikan masalah pengelolaan sampah. Untuk itu kini pemerintah menetapkan Reduce, Reuse, Recycle (3R) sebagai pilar utama. Undang-undang ini mengejar partisipasi masyarakat karena konsep dari pemerintah sendiri sudah jelas. Untuk generasi muda sekarang ini, tentu di masa depan nanti iptek semakin berkembang. Besar harapan kami agar kalian nantinya dapat menyelaraskan perkembangan iptek dengan pengelolaan sampah,” ujar Adriman.
Arahan dari pemerintah sendiri adalah mendirikan ‘bank sampah’. Di sini, barang-barang yang semula tidak bernilai akan menjadi bernilai. Yang perlu diperhatikan oleh masyarakat saat ini adalah memilah sampah organik dan anorganik. Dengan cara ini, pengelolaan sampah akan lebih mudah dan dari sampah-sampah ini akan dihasilkan keuntungan karena ada pihak-pihak yang ingin membeli sampah anorganik.
Setelah pembukaan selesai, acara pertama adalah seminar yang diisi oleh tiga narasumber. Narasumber yang pertama adalah Ir H Makruf Maryadi Siregar, Ketua badan DAS Riau dengan mengangkat tema Menyimak dan yang Manyomak Lingkungan. Makruf menguraikan isu global saat ini yaitu krisis ekonomi, krisis pangan, krisis energi dan global warming.
Dalam presentasinya Makruf juga memperkenalkan tentang keindahan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (GSKBB) yang memiliki pulau terapung dan selalu berputar sesuai aliran air kepada para peserta seminar. Ia juga menjabarkan inti dari permasalahan sampah yaitu masyarakat menumpuk sampah tidak tertib, tumpukan sampah yang tidak terangkut, dan masyarakat yang marah karena mendapatkan sampah.
“Sekarang kalau orang sedang naik mobil atau sepeda motor, mereka seenaknya saja membuang sampah di jalan. Akibatnya masyarakat di kawasan itu marah. Padahal tempat sampah sudah disediakan. Sebenarnya sudut pandang inilah yang harus kita rubah. Sampah yang dianggap limbah ini bisa dijadikan sumber daya,” jelas Makruf kepada peserta seminar.
Narasumber yang kedua adalah Akmal Fuadi dari WALHI. Dalam presentasinya Akmal menegaskan bahwa selain pemerintah, peran masyarakat dan teknik operasional serta pembiayaan harus berjalan sinergis.
“Lingkungan bersih dan sehat adalah hak dan kewajiban kita semua. Semua aspek harus bekerja sama karena sama-sama memiliki pengaruh yang besar,”jelasnya.
Setelah itu ada demonstrasi oleh Richard dari Go Green Management . Richard menunjukkan dedikasinya dalam pengelolaan sampah selama ini. Ia mengolah sampah berupa kayu, tripleks, dan sejenisnya menjadi lampu gantung, bingkai foto, pajangan berupa puzzle dan pot bunga.
Seluruh peserta berdecak kagum ketika ia menampilan beberapa foto rumahnya yang sebagian besar berasal dari hasil olahannya sendiri. Kini usahanya yang bernama Urban Green Interior itu sudah semakin besar dan beralamat di Jalan Pahlawan Kerja,Simpang Tiga. Sebagai penutup, beliau membagikan beberapa produknya kepada peserta seminar.
Acara ini berjalan dengan sukses dan resmi ditutup oleh ketua panitia pukul 16.30 WIB. “Acara ini bagus sekali dan bermanfaat. Semoga kita semua bisa mengambil makna kegiatan ini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” komentar Rosey Anggraeni, siswi SMAN 8 yang mengikuti acara ini.(yayang-gsj)
0 komentar:
Posting Komentar