Limbah mungkin sesuatu yang menjijikkan dan tak bernilai. Sampah penyebab kerusakan ekosistem lingkungan hidup. Tapi, siapa sangka di tangan Richard (39) limbah bisa memiliki nilai, menjadi barang berharga, serta memiliki nilai bisnis.
Laporan Mashuri Kurniawan
Pekanbaru, mashurkurniawan@riaupos.co.id
Sikap ramah lingkungan ini diakui Richard berawal dari keisengannya memanfaatkan sampah yang ada dirumahnya untuk dibuat kerajinan tangan.
Namun keisengannya mampu membuahkan hasil dan menghasilkan karya seni yang indah.
Riau Pos Kamis (2/2) lalu berkunjung ke salah satu kantor yang telah selesai di renovasinya. Tepatnya di Jalan KH Ahmad Dahlan.
Dengan mengunakan imajinasi dan kreativitasnya, ia mendesain interior ruangan kantor tersebut. Kesan natural tergambar dari ruangan kantor itu.
Richard mempersilakan Riau Pos masuk kedalam ruangan kantor tersebut. Seluruh barang didalam ruangan terdapat barang bekas atau limbah.
Lidi yang berasal dari daun kelapa terlihat menarik menempel didinding ruangan. Dengan dimodifikasi warna kuning kecoklatan, lidi tersebut sangat indah dipandang mata dan terkesan mahal.
Di sisi lain ruangan juga tampak lukisan berbahan baku triplek. Kain bekas bermotif coklat dipadukan dengan warna hitam, abu-abu, dan gliter kuning yang membentuk lancang kuning.
Memasuki ruangan itu juga akan terasa aroma terapi. Berada di dalam ruangan tersebut terasa sejuk. Bukan karena adanya mesin penyejuk, melainkan keadaan ruangan yang memberikan rasa nyaman.
Untuk membuat interior ruangan dari bahan limbah ini, membutuhkan waktu selama dua bulan. Berbeda dengan menggunakan bahan jadi yang hanya membutuhkan waktu maksimal satu bulan.
Dalam membuat sebuah ruangan interior dari bahan limbah, Richard tidak ingin mematok besar biayanya. Karena, dirinya sudah sangat beryukur hasil karyanya dihargai dan dinikmati oleh orang lain.
Untuk mendesain ruangan itu, Richard bekerja dengan empat karyawannya yang kebanyakan anak muda. Sebelum mendesain ruangan, terlebih dahulu dia membuat gambar ruangan dan desain dalam secarik kertas. Setelah itu, barulah dilakukan pengerjaannya.
Desain yang dibuat itu, menurutnya, merupakan konsep alam. Dengan demikian, mereka yang menempati ruangan serasa berada di alam. Berada dalam ruangan itu terasa sejuk dan nyaman.
Pemandangan lainnya, pada langit-langit ruangan tepat di atas mini bar terdapat potongan kayu bulat yang berwarna coklat.
Kayu itu dipadukan dengan lampu hias sehingga membuat struktur kayu semakin kelihatan menarik. Aapa yang dilakukan Richard jelas menjadikan alternatif untuk memecahkan masalah pengelolaan sampah.
Dengan bermodalkan sampah dan bahan yang harganya relatif murah, dapat dirubah menjadi barang bernilai seni tinggi.
Seperti kertas bekas yang dapat di daur ulang oleh industri kertas, sampah plastik dan kaca akan di daur ulang menjadi bahan baku kerajinan.
Inilah yang dilakukan Richard. Kreativitas yang dimilikinya, menyulap limbah menjadi barang yang bernilai seni dan eksotik.
Dengan bakatnya, sebuah lemari bekas bisa dirubah menjadi barang berharga. Lemari bekas dipadu dengan serat kayu yang menonjol dan di cat warna coklat serta hitam, terlihat sangat unik.
''Saya berkeliling mengumpulkan kaca, kayu balok, sapu lidi, akar pohon, dan bahan limbah lainnya. Butuh waktu lama juga, selama dua pekan paling tidak waktu yang dibutuhkan,'' ungkapnya.
Bagi dia, kemauan, keberanian, dan konsisten dalam mengerjakan sesuatu adalah hal yang harus dilakukan untuk memulai suatu pekerjaan.
Sejak tahun 2011, Richard sudah mengumpulkan barang bekas untuk dirubah menjadi karya seni berharga.
Hanya saja hasil karyanya, tidak perjualbelikan. Hasil karya Richard diaantaranya kap lampu, bingkai foto, gambar, kerajinan dari daun pisang, dan banyak lainnya.
''Sampai saat ini saya tidak berpikir market. Saya tidak berfikir bisnisnya. Yang saya fikirkan bagaimana mengajak generasi muda bisa terampil. Tidak membeli barang jadi, tapi mmebuatnya dengan limbah hasil pembuangan disekitarnya. Artinya saya bekerja berdasarkan hati,'' ungkap dia.
Richard mengatakan, baru pertama kali mendesain ruangan. Dikarenakan, pemilik kantor bernama Aris yang memintanya mendesain ruangan kantor yang sudah jadi itu. Walaupun baru pertama kali mendesain suatu ruangan, tapi Richard sejak tamat STM di Jakarta tahun 1995 lalu, ia sudah menyenangi seni.
Pria yang lahir di Dumai, 29 November 1972 ini, sudah banyak berteman dengan mahasiswa Ikatan Kesenian Jakarta (IKJ). Tamat tahun 1995 ia sudah merantau ke Jakarta. Dengan temannya di IKJ, Richard belajar seni melukis dan kreativ menyulap limbah menjadi barang berharga.
Dia merencanakan membuat suatu produk bernilai seni tinggi dan disenangi masyarakat Riau . ***
0 komentar:
Posting Komentar