Apa pun cerita dan programnya, sikap mental adalah yang utama. Maksudnya? Tanamkan terlebih dahulu pohon-pohon sikap kebersehajaan di dalam hati 35 persen (saja) penduduk kota Pekanbaru (sebagai sampel). So, buatlah program penghijauan apa saja dan program healthy lingkungan bagaimana saja, pasti hasilnya akan memuaskan. Sebab, segala sesuatu bermula dari hati, demikianlah sabda Sang Nabi. Jika baik, maka baiklah semuanya. Jika rusak, maka rusaklah semuanya. Sifat serakah dan tamak adalah sebagian dari rusaknya hati.
Rusaknya lingkungan manusia kini akibat dari kerakusan hati yang tidak pernah merasa puas. Apa sebab pada musim-musim tertentu setiap tahunnya, kota Pekanbaru penuh dengan asap dari hutan yang terbakar? Buatlah audit, periksalah setiap rumah di kota Pekanbaru, ada berapa kendaran bermotor dalam setiap rumahnya? Jika pada suatu pagi yang jernih, semua kendaraan itu keluar secara serentak di jalan-jalan kota Pekanbaru, berapa banyak emisi karbon yang terhasilkan yang telah mengeruhkan pagi hari ini dan mengoyakkan lapisan ozon di atasnya? Lalu, kalikan dengan angka tujuh. Hasilnya kalikan dengan angka empat, kemudian dengan angka dua belas, dan usia hidup Anda!
Nah, program awal yang hendak ane ajukan adalah mengumpulkan para muballig dan muballigah dari semua agama dari setiap kecamatan yang ada di kota Pekanbaru. Mereka ini ditatar selama tiga hari atau seminggu. Lihat kebutuhan, juga pada banyaknya personel. Isi penataran adalah mengangkat tema-tema kesederhanaan hidup yang dianjurkan agama dan pentingnya menciptakan lingkungan hidup yang sehat. After that, penyuluh lingkungan hidup ini dikirim pulang kepada masyarakat dari mana mereka datang. Programkan adanya tatap muka antara muballig dan muballigah dengan masyarakatnya sebanyak dua kali dalam seminggu. Sampaikan kepada masyarakat tentang kebersahajaan dimaksud dan perlunya lingkungan yang green dan healthy. Buat yang demikian itu selam tiga bulan lamanya. Lalu, buatlah pertemuan-pertemuan berkala lanjutannya. Bagaimana real-nya, lapangan akan berbicara apa adanya.
Second program, lahirkan Perda pembatasan kepemilikan kendaraan bermotor dalam satu keluarga. Untuk masing-masing jenis kendaraan bermotor ada ketentuan tersendiri. Third, pada setiap instansi pemerintah dan sekolah yang ada, ciptakan Hari Bersepeda ke kantor dan school, seminggu dua kali. Misalnya, Selasa dan Sabtu. Mengapa kedua hari itu? Simpel aja, biar baju sekalian bau! Mengapa para pejabat dan guru? Ya, merekalah orang terdidik di negeri ini. Merekalah yang harus menjadi pionir lingkungan hidup. Apa perlu jalur khusus sepeda? Gak perlu. Untuk mengadakannya membutuhkan waktu dan biaya. Bisa-bisa gak jadi! Juga, agar mempengaruhi pengendara sepeda motor yang ada agar juga bersepeda seperti para pejabat dan guru itu. Lalu, bila program ini berjalan lancar, terapkan pula pada perusahaan-perusahaan swasta dan BUMN yang ada.
Fourth, seiring dengan follow up program kedua dan ketiga, pancangkan program green town pada sisi-sisi dan bagian kota yang terlihat kering lagi gersang. Tentu saja dengan penanaman pohon-pohon penghijauan. Untuk jenis pohonnya, lakukan konsultasi kepada ahlinya. Pertanyaan selanjutnya, kepada siapa beban penanaman pohon ini disematkan? Para pejabat? Para guru lagi? No! So? Mereka adalah para pengendara kendaraan bermotor itu sendiri. Hitung-hitung ngapus dosa. Sebab, setiap asap bakaran mesin mengepul dari kendaraannya, setiap itu dia telah menanam pohon dosanya. Untuk menghapusnya, dia harus menanam lima pohon pada jalur jalan yang selalu dia kendarai yang terlihat butuh tanaman penghijau. Agree?***
Oleh: Muhammad Hanif, MA
Pendidik pada Pesantren Al-Uswah Pekanbaru
· Penulis adalah Magister alumnus Pakistan. Menulis secara tetap rubrik RELIGI Jum’at Metro Riau. Tulisan pernah dimuat di Harian Waspada dan Analisa Medan. Kini mengajar di Pondok Pesantren Al-Uswah Pekanbaru.
0 komentar:
Posting Komentar