Blogger Tricks


0

Our Green Inspirations: Gavin Birch Sang “Pemungut Sampah”

Riau Pos - For Us Senin, 02 Januari 2012









Gavin Birch itulah namanya dulu. Tapi ketika ia mulai menetap di Lombok ia lebih dikenal dengan nama Husin Abdullah. Dilahirkan di Selandia Baru dan dibesarkan di Perth, Australia. Dia sering mengunjungi Pantai Senggigi di Lombok. Orang-orang disana sering menyebutnya sebafai “turis gila”. Hal ini dikarenakan pekerjaannya yang selalu bergumul dengan sampah setiap ia mengunjungi pantai Senggigi.

Namun, Husin seakan tidak perduli dengan gelar yang disematkan warga sekitar padanya. Ia hanya bertekad untuk mengajak orang banyak untuk bisa hidup bersih. Karena baginya Indonesia itu harus bersih dan hijau.

Tentu timbul pertanyaan, kenapa ia bisa tiba-tiba menjadi seorang pemungut sampah di Senggigi. Ketika itu pada tahun 1986 ia untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Pulau Lombok sebagai seorang turis. Dan pada saat itu ia kecewa karena banyaknya tumpukan sampah di pantai-pantai yang ada di sana. Niatnya untuk berlibur dan menikmati keindahan alam di Lombok pun tidak menjadi seperti impian awalnya. Bahkan pantai Ampenan yang menyimpan potensi wisata pun penuh dengan kotoran manusia.

Tapi, uniknya ia tidak langsung pergi beranjak menjauh ketika itu. Ia yakin, ketika itu jika masyarakat sekitar peduli dengan kebersihan maka pantai tersebut pasti akan indah dilihat.

Sejak itulah ia mulai bergerak sendiri. Memungut sampah di sekitar pantai dan mengumpulkannya. Berbagai komentar mulai diterimanya. Ada yang simpati, tapi ada juga yang memandang sebelah mata. Salah satu dari masyarakat yang simpati yaitu lurah kampung Melayu Ampenan, Haji Hairi Asmuni memintanya untuk menetap di Lombok sebagai bentu apresiasinya.
            Lalu, ketika sejak itu ia mulai menerapkan “program indonesia bersih dan hijau” yang diadopsi dari program kebersihan di Australia. Bahkan, Husin juga sempat menawarkannya kepada pemerintah di sana. Namun, sayang hal ini tidak disambut baik karena ketiadaan dana. Karena itulah ia mulai bergerak sendiri dengan menggunakan uang dari koceknya sendiri. Husin tetap tidak mengeluh, katanya ini sebagian dari bentuk amal.
            Perjuangannya selama 24 tahun pun ternyata tidak berakhir sia-sia. Kini di kawasan Jalan Raya Senggigi bersih dari sampah. Meski kini ia telah tiada pada tanggal 18 Agustus 2010 lalu. Tapi banyak hal yang telah ditinggalkannya dan sangat bermanfaat untuk orang sekitarnya. Sekedar renungan, mana yang lebih gila, turis asing yang rela menghabiskan sisa hidupnya untuk membersihkan lingkungan atau anak negeri sendiri yang suka membuang sampah di halaman rumahnya? (afra-gsj/int/new)

0 komentar:

Posting Komentar