Indonesia patut diacungkan jempol dengan kekayaan alamnya yang luar biasa. Baik hasil lautan maupun daratannya. Demikian juga halnya dengan Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB).
Masing-masing zonanya menyimpan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan. Baik untuk meningkatkan perekonomian maupun sebagai bahan konsumsi atau sumber makanan bagi masyarakatnya.
Nephrolepis radicans atau paku rawa adalah satu diantara tumbuhan yang tumbuh di cagar biosfer. Tumbuhan ini sama halnya dengan tumbuhan paku pada umumnya. Hanya saja tekstur dan pola perkembangbiakkannya berbeda.
Paku rawa ini merupakan keanekaragaman hayati di cagar biosfer yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan tambahan makanan pokok masyarakat. Baik dikonsumsi secara langsung, disayur, ditumis, atau dikukus.
Adapun yang membedakan paku rawa di cagar biosfer ini dengan paku-pakuan lainnya adalah dari jenis dan bentuk daunnya. Jenis tumbuhan yang berordo Polypodiales ini merupakan jenis tumbuhan air dan rawa dengan bentuk daun berspora. Sehingga mudah membedakannya dengan jenis paku-pakuan lainnya.
Tumbuhan berpembuluh tersebut banyak dijumpai di cagar biosfer. Karena kawasan cagar biosfer merupakan habitatnya. Sehingga dapat menopang perkembangbiakkan yang baik. Sebab, terdapatnya kawasan rawa yang merupakan rumah bagi Plantae yang satu spesies dengan Ceratopteris thalictroides Brongn ini.
Sebagai keanekaragaman hayati yang kaya manfaat. Paku rawa ini mudah dibudidayakan oleh masyarakat. Tidak perlu memberikan perhatian khusus dalam pengelolaannya. Karena tumbuhan ini mudah tumbuh dan berkembangbiak.
Namun demikian, saat ini paku rawa belum terlalu dikenal oleh masyarakat kebanyakan. Adapun masyarakat lebih mengenal jenis paku-pakuan yang biasa mereka temui di pasar.
Maka dari itu, dengan dikembangbiakkannya paku rawa dikawasan cagar biosfer, berharap tumbuhan ini lebih dikenal oleh masyarakat. Serta menjadi nilai tambah bagi keanekaragaman hayati GSK-BB yang patut dibudidayakan.(pia-gsj/new)
0 komentar:
Posting Komentar