“Bukit Batu”, sebuah nama yang diambil dari satu kecamatan di Kabupaten Bengkalis. Yaitu Kecamatan Bukit Batu. Dimana nama tersebut adalah nama belakang dari cagar biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB) Provinsi Riau. Selain dari pada itu, nama Bukit Batu juga merupakan nama dari suaka margasatwa. Yaitu Suaka Margasatwa Bukit Batu yang memiliki luas 21.500 Ha.
Penduduk yang berada di Bukit Batu, sebagian besar bermukim di ibu kota Bukit Batu yaitu Sungai Pakning. Dulunya Kota Bukit Batu dikenal dengan julukan kota ”Atas minyak, bawah minyak.” Selain dari pada itu, Bukit Batu juga mempunyai hutan yang luas, sebagian besar wilayah Bukit Batu berisi perkebunan sawit, karet dan kelapa.
Namun demikian, kekayaan alam Bukit Batu tersebut tidak lepas dari tindakan yang merugikan. Seperti halnya Bukit Batu pernah menjadi objek eksplorasi minyak bumi. Eksplorasi minyak banyak dilakukan di daerah perbatasan dengan Kecamatan Mandau dan Merbau yang kaya minyak.
Luas kecamatan yang merupakan bagian dari zona inti cagar biosfer ini adalah 1.128 Km2. Bukit Batu memiliki garis pantai yang cukup panjang karena berada dipesisir Selat Bengkalis-Selat Malaka. Sehingga suhu rata-rata harian wilayah Bukit Batu cukup tinggi. Berkisar 27-30 derajat celcius.
Bukit Batu memiliki 14 desa, satu diantaranya adalah Desa Temiang. Desa Temiang tersebut merupakan lokasi budidaya ikan baung, selais dan labi-labi. Hal tersebut merupakan program kerja dari Sinarms Forestry (SMF). Pihak swasta pertama di dunia yang menginisiasikan cagar biosfer pertama di Riau tersebut.
Selain memiliki 14 desa. Kecamatan yang rata-rata wilayahnya bertanah gambut dan liat ini juga kaya akan flora dan faunanya. Seperti Serindit (maskot fauna Riau), Tekukur, Elang, Ular. Selain itu, hutan mangrove banyak terdapat diwilayah ini.
Kekayaan alam Bukit Batu menambah kekayaan alam cagar biosfer GSK-BB. Menjadi sebuah investasi alam untuk perkembangan alam cagar biosfer yang memiliki tiga zona tersebut.(pia-gsj/news)
0 komentar:
Posting Komentar