didik herwanto/ Riau Pos
TIKUS : Hewan pengerat ini berkembangbiak dengan cepat di Kota Pekanbaru. Limbah pembuangan masyarakatyang dibuang sembarangan dan lingkungan yang kotor menjadi tempat baik bagi tikus bertahan hidup. didik herwanto
TIKUS : Hewan pengerat ini berkembangbiak dengan cepat di Kota Pekanbaru. Limbah pembuangan masyarakatyang dibuang sembarangan dan lingkungan yang kotor menjadi tempat baik bagi tikus bertahan hidup. didik herwanto
Masyarakat Kota Pekanbaru setiap hari memproduksi sampah sebanyak 3.000 kubik. Besarnya volume sampah ini juga memberikan peluang besar bagi hewan pengerat, seperti tikus berkembang dengan cepat. Mamalia ini juga tumbuh besar. Karena persediaan makanannya yang banyak dari pembuangan limbah masyarakat itu.
Laporan Mashuri Kurniawan Pekanbaru mashurikurniawan@riaupos.co.id
Hewan pengerat itu biasanya mudah dijumpai di perumahan, pasar, rumah sakit dan tempat umum lainnya. Hewan itu pandai memanjat serta melompat.
Mamalia kecil ini bisa merusak dan membawa penyakit bagi manusia. Di Kota Pekanbaru jenis tikus yang bisa dijumpai, tikus got, coklat, dan tikus rumah besar.
Laporan Mashuri Kurniawan Pekanbaru mashurikurniawan@riaupos.co.id
Hewan pengerat itu biasanya mudah dijumpai di perumahan, pasar, rumah sakit dan tempat umum lainnya. Hewan itu pandai memanjat serta melompat.
Mamalia kecil ini bisa merusak dan membawa penyakit bagi manusia. Di Kota Pekanbaru jenis tikus yang bisa dijumpai, tikus got, coklat, dan tikus rumah besar.
Bahkan, sering sekali ditemukan tikus jenis got mati dan di jalanan karena tertabrak kendaraan bermotor.
Bangkai tikus juga sering ditemukan di tempat pembuangan sampah sementara.
Bangkai tikus ini ukurannya sekarang rata-rata panjang badannya 180 - 600 mm. Ada juga tikus berukuran badan kurang dari 180 mm dikenal tikus kecil.
Tumpukan sampah dikawasan perumahan, pasar tradisional, limbah di got, dan limbah rumah tangga isa memberikan peluang besar perkembangan tikus berukuran besar. Bahkan, hewan itu berkembangbiak dengan baik dari sampah yang ada.
Pada Kamis (5/4) lalu, Riau Pos menelusuri pasar dan rumah sakit untuk melihat secara langsung tingkahlaku hewan ini. Perumahan Beringin Indah, Jalan Soekarno Hatta menjadi tempat kunjungan pertama. Di tempat itu, tikus mampu hidup di dalam saluran drainase dan membuat liang.
Tikus dikawasan perumahan ini berwarna hitam, dengan ekor panjang berlari cepat di dalam saluran parit. Kepala Dinas Kesehatan Riau, Katijo Sempono MKes, mengutarakan, dari segi kesehatan lingkungan yang perlu diperhatikan agar tikus tidak berkembang biak dengan baik. Perhatikan kebersihan lingkunga. Dia berpendapat, kebersihan lingkungan sangat efektif dan murah untuk mengatasi tikus tersebut. Karena, tikus bergantung hidup dari sampah.
Artinya, setiap hari masyarakat, khususnya ibu rumah tangga wajib mebersihkan rumah setiap hari. ''Setiap hari masyarakat harus selalu menjaga lingkungan dalam keadaan bersih. Paling tidak, bisa mengusir tikus dari temat persembunyiannya,'' ungkap dia.
Kemudian, jangan sampai menumpuk barang bekas. Untukkawasan perumahan, sebaiknya bawah lemari, pojok-pojok tembok, tumpukan kaleng bekas di pekarangan, dan tempat gelap dan kotor hendaknya selalu dibersihkan. Dengan begitu, tikus tidak akan berkembangbiak secara baik.
Berdasarkan data Litbang Kementrian Kesehatan RI, kebutuhan makanan bagi seekor tikus setiap harinya kurang lebih 10 persen dari berat tubuh, bila keadaan makanan tersebut kering. Apabila makanan yang tersedia mengandung banyak air, maka kebutuhan meningkat menjadi 15 persen berat tubuhnya.
Adapun kebutuhan minum, seekor tikus memerlukan 15 - 30 ml air per hari. Jumlah ini dapat berkurang , jika makanan yang dikonsumsi sudah mengandung banyak air.
Untuk mencit, kebutuhan makanannya 3 - 4 gram per hari bahan kering, atau kurang lebih 20 persen dari bobot tubuhnya, sedang kebutuhan airnya cukup tiga mlper hari
Kepala Dinas Peternakan Riau, Ir Patrianov menyebutkan, untuk melakukan pemberantasan tikus, tidaklah mudah. Diperlukan penanggulangan secara berkelanjutan. Karena bila bercerita tikus perkotaan, Patrianov berpendapat, hewan ini merupakan hama paling buruk bagi maanusia, khususnya dibidang pertanian.
Tikus, ujarnya memang memiliki pengelihatan lemah, namun kelebihannya ada pada indra penciuman,peraba dan pendengaran yang sangat sensitive. Sewaktu berlari pada malam hari mereka menggunakan kumis panjangnya (vibrissae) dan rambut penjaga yang merupakan mekanisme kontak pada waktu berjalan.
Meski lemah pada pengelihatan, dia tak akan menabrak benda yang berada didepannya. Uniknya dari kehidupan tikus, mereka juga memiliki daerah kekuasaan, siapa yang kuat dia yang jadi pemenang, hidup secara berkelompok.
Untuk mencegah tikus dikawasan perkotaan, penyehatan lingkungan di dalam dan di luar ruang bangunan atau lingkungan sekitar.''Jangan pernah buang limbah sampah rumah tangga sembarangan. Bisa menjadi tempat tikus untuk makan dan berkembangbiak,'' terangnya.
Menurut dia, pemberantasan secara mekanik dapat dilakukan dengan perangkap
hidup, perangkap mati, perangkap lem dan suara. Namun lanjutnya, lebih efektif untuk mengendalikan hama tikus adalah dengan cara menjaga lingkungan sekitar agar selalu bersih.
Tikus Sawah Musuh Para Petani
Kepala Dinas Peternakan Riau, Patrianov juga menjelaskan tentang pengendalian hama tikus kecil atau mencit pada lahan pertanian.Pemberantasan dan pengendalian harus dilakukan dengan cara yang tepat. Banyak cara dapat dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Tetapi pemberantasan tanpa peran serta masyarakat secara terus menerus tidak akan memberikan hasil yang baik.
Untuk para petani yang perlu diperhatikan memberantas tikus adalah, memperhatikan areal yang dijadikan daerah bebas tikus dijaga harus seluas mungkin, pemberantasan harus dilakukan secara diulang-ulang, pemberantasan harus dilakukan secara serentak.
’’Tikus sangat menyukai padi sebab makanan itu terasa gurih bagi hewan ini.
Cara-cara pemberantasan tikus yang dapat dilakukan selain sanitasi yakni kesamaan waktu tanam, jarak selang tanam, kontrol biologi, dan secara mekanik,’’ ungkapnya
Pusat Kajian Lingkungan Hidup Universitas Islam Riau, Ir Rosyadi Msi menyebutkan, utnuk mengendalikan hama tikus bisa juga dengan mempergunakan batang bambu berdiameter 9 cm yang sudah dipotong dengan panjang 20 cm.
Ujung bambu harus tertutup satu dan ujung lainnya biarkan terbuka. Kemudian, dinding bambu berikan atau oleskan dengan lem tikus.
’’Sebelum ditaruh perangkap tersebut, berikan umpan ikan asing dahulu kedalam lobang bambu,’’ ujarnya
Selain dengan lem, bagian dalam batang bambu juga bisa diolesi bubur kanji yang sudah dicampur dengan gerusan cabe rawit.
Namun, batang bambu yang digunakan untuk cara ini kedua ujungnya harus terbuka. Letakan perangkap ini di depan lubangnya atau pada tempat-tempat yang sering dilalui tikus.
Tikus yang melewati terowongan bambu tersebut akan terkena kanji pedas sehingga matanya menjadi buta dan akhirnya mati.
Banyak cara mengendalikan hama tikus tersebut. Namun begitu, cara yang paling efektif adalah kebersihan lingkungan. Jangan sampai kotor dan rumah berserakan sampah.***
0 komentar:
Posting Komentar