BUKITBATU (RP)- APAG 60 atau Alat Pengolaan Air Gambut 60
yang dipasang di Tanjungleban, Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau merupakan
alat pengolahan air gambut terbesar di Indonesia. Itu dikemukakan oleh Ignasius
D A Sutapa, Sekretaris Eksekutif Pusat Ekohidrologi Asia Pasifik yang juga
peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rabu (4/7) siang saat
mengunjungi APAG 60 di Tanjungleban. Turut hadir bersama Ignasius humas Asia
Pulp and Paper (APP) Redita Soumi dan humas Arara Abadi Nurul Huda yang menjadi
mitra kerja sama LIPI dalam penyediaan APAG 60.
Ignasius menjelaskan, APAG 60 mampu mengolah air gambut
menjadi air bersih 60 liter per menit atau 3,6 kubik per jam. Alat serupa
sebelumnya juga dibuat di Kalimantan Tengah, hanya ukurannya lebih kecil.
“Jadi di Indonesia ini alat pengolahan air gambut terbesar.
Ini bisa untuk memenuhi kebutuhan 100 KK masyarakat,” ujar doktor tamatan
Prancis ini.
Kerja sama untuk membuat pengolahan air gambut itu,
tambahnya, sudah dilakukan sejak Mei 2011 lalu. Itu merupakan komitmen kerja
sama antara LIPI, MAB Unesco dan APP sebagai komite nasional dalam penyediaan
air bersih di kawasan transisi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu
(GSK-BB).
“Sejak tanggal 3 sampai 8 Juli nanti, kami melakukan
sosialisasi dan pelatihan pengoperasian APAG bagi masyarakat setempat yang akan
menjadi operator. Sampai bulan depan akan terus dilakukan monitoring. Baru
Agustus nanti alat ini diresmikan dan diserahterimakan,” ujar Ignasius.
Sekretaris Desa Tanjungleban Umar mengungkapkan
masyarakatnya sangat senang dengan adanya APAG 60 di desa mereka. “Ini seperti
pucuk dicinta, ulampun tiba,” ujarnya Rabu (3/7) di kantor desa.
Masyarakat Tanjungleban memang kekurangan air bersih.
Pasalnya daerah ini, sama seperti kawasan lain di Riau yang bergambut, air
sungai ataupun sumurnya berasa asam dan mengandung banyak bahan organik. Selama
ini mereka hanya mengandalkan air hujan dan sebagian terpaksa menggunakan air
gambut yang berbahaya untuk dikonsumsi.
“Kami baru tahu, kalau penggunaan air gambut itu berbahaya.
Kami senang ada APAG 60 hasil kerja sama LIPI dan APP. Perusahaan sudah
membantu memenuhi kebutuhan air bersih di desa kami,” ujarnya.
Menurut Ignasius, pemenuhan kebutuhan air bersih di
Indonesia memang masih sangat kurang. Hanya berkisar 30 persen. Bahkan di
daerah pedesaan hanya 10 persen. Terutama di daerah marginal seperti daerah
gambut yang banyak di Riau.(ndi)
0 komentar:
Posting Komentar